
Komib pada acara Kemenparekraf | Foto: Komib
Melihat banyaknya sampah setiap mengadakan acara, Karya Pelajar Mengabdi Bangsa (Komib) berhasil menciptakan mesin pemilah sampah berbasis teknologi artificial intelligence (AI). Bagaimana caranya?
Komib merupakan wadah untuk para pelajar indonesia, baik tingkat SD, SMP, SMA, maupun SMK di seluruh Indonesia yang mau berdaya bersama dan mengisi masa sekolah dengan berkarya dan berprestasi.
Komunitas Komib menerima seluruh murid di Indonesia, bahkan sudah ada anggota yang berasal dari Jepang dan Malaysia.
Belum lama ini, Komib mengeluarkan produk mesin pemilah sampah berbasis AI diberi nama Junkie’s. Mesin ini bahkan menarik perhatian pemerintah hingga warga luar negeri seperti, Filipina, Malaysia, dan Vietnam.
Mesin Junkie’s diproduksi oleh anggota Komib, yakni Ethan Purwohardono (17) dari SMA Jakarta International School (JIS) selaku ketua Junkie’s.
Kemudian, anggota yang terlibat dalam proses pembuatan Junkie’s, yaitu Joel Mulyadi (SMA Penabur), Raja Mahesa (SMKN 1 Jakarta), Declan Lee (17) dari ACS Jakarta, Dimas Kasfillah (16) dari SMAN 53 Jakarta, Atikah Aulia Zahrah (16) dari SMAN 53 Jakarta, dan Zavira Nabeel Bagaskoro dari SMAN 53 Jakarta.
Pembuatan mesin Junkie’s juga tak lepas dari bimbingan Imas Mugi R., selaku Founder Komib Indonesia.
“Saat kita menyelenggarakan berapa event, kita selalu melihat sampah di mana-mana dibuang dengan sembarangan. Ini mencemaskan dan kita berpikir akhirnya, ‘Kenapa kita nggak membuat mesin yang bisa memilah sampah ini?’ Supaya mengurangi sampah di jalanan,” ujar Ketua Komib Declan Lee kepada DAAI TV, Kamis (1/2).
Menurutnya, meskipun sudah ada tiga tempat sampah dengan jenis yang berbeda, masih banyak masyarakat yang tidak membedakan dan mencampurkan jenis sampah secara asal.
Melalui Junkie’s, saat ini ada sekitar 1.200 liter sampah berjenis botol plastik, kaleng, dan kertas yang sudah berhasil dipilah.
Proses Pembuatan Junkie’s
Declan mengatakan, salah satu anggota Komib bernama Ethan, pertama kali mencetus ide untuk membuat mesin pemilihan sampah berbasis AI.
Di dalam proses pembuatan ide tersebut, Ethan dibantu oleh mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ide ini kemudian dikembangkan dan mulai merekrut anggota Komib agar dapat menyelesaikan pembuatan mesin Junkie’s
“Kami awalnya modal patungan tim membuat mesin Junkie’s ini. Seterus itu kita menawarkan ke perusahaan-perusahaan, seperti United Tractor, Senci, dan Lawas untuk membeli mesin kami, dan alhamdulillah diterima. Mereka beli akhirnya dari sana kita ada model untuk meneruskan mesin ini,” jelas Declan.
Proses riset untuk pembuatan mesin Junkie’s membutuhkan waktu selama 3-4 bulan, sedangkan proses perakitan mesin Junkie’s membutuhkan 1-2 bulan.
Sementara itu, proses pelatihan dan penyempurnaan mesin Junkie’s hingga saat ini masih berjalan.
Junkie’s menggunakan pemrograman AI untuk mendeteksi dan memilah sampah secara otomatis agar masuk dan jatuh sesuai ke tempat sampah sesuai dengan tiga jenis sampah, yaitu sampah botol, kaleng, dan kertas.
Menurutnya, jika harus membuat lima klasifikasi sampah memerlukan Junkie’s yang lebih besar dan setelah dipertimbangkan sampah yang paling banyak didaur ulang adalah botol plastik.
“Misalnya plastik dari permen itu terlalu kecil untuk didaur ulang, terlalu low grade untuk di-recycle. Misalnya, tisu ini kalau saya pakai, saya tidak bisa recycle lagi karena ini sudah dipakai dan terkontaminasi, tapi benda-benda seperti kertas dan kaleng bisa dipakai lagi,” jelas Declan.
Mesin Junkie’s yang memiliki tinggi 180cm, panjang 30cm, dan cukup berat, membuat mesin ini sulit untuk dipindahkan.
“Mesinnya agak berat karena rangkaiannya diciptakan dari besi dan ada banyak moving parts. Awalnya, kita bawa pakai roda tapi karena berat sekali rodanya pernah patah,” sebut Declan.
Kemudian, teknologi pada prosesnya terhitung lebih lama kerangka mesin yang terbuat dari besi dan harus mencari las.
Mesin Junkie’s dibuat dengan machine learning, sehingga produk-produk sampah akan difoto dari berbagai sisi dan dimasukkan ke dalam mesin agar mesin mempelajari dan mengenali jenis sampah yang nantinya akan dipilah.
“Jadi kayak bayi gitu, loh. Misalnya, botol A ya, kita kirim fotonya, dari sisi kanan, sisi kiri, atas, dan bawah sampai 100 foto. Nanti mesinnya, tuh jadi tahu, ‘Oh kalau botol A itu kaleng.’ Misalkan, nanti tuh udah ada 100 foto, ada produk lain lagi gitu kita foto lagi,” kata Imas.
Jika Junkie’s menerima produk yang belum dikenal akan mengalami error dan salah dalam mengklasifikasikan sampah.
“Error-nya hanya 1% atau 2%, kalau benda-benda yang dia belum dilatih. Misalnya, botol yakult kita belum latih dan kertas yang crumpled (lecek), itu kita tidak latih dia akan error di situ,” tambah Declan.
Komib mengeluarkan mesin pemilah sampah AI bernama Junkie’s | Foto: Komib
Apresiasi dari Pemerintah
Mesin Junkie’s pertama kali diperkenalkan ke publik di Gedung Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), pada Desember 2023.
Saat peluncuran mesin Junkie’s, Komib mengadakan program Net Carbon Zero yang diikuti oleh kurang lebih 50 sekolah. Pada acara tersebut, Komib berhasil mengumpulkan sekitar 15.000 botol plastik.
Setelah melakukan peluncuran di Kemenpora, pihak Komib bersurat ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) agar mesin ini mendapat perhatian lebih luas.
Gayung bersambut, pihak Komib akhirnya diundang ke Gedung Kemenparekraf untuk mempresentasikan dan memamerkan Junkie’s kepada khalayak umum.
Melihat inovasi ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Sandiaga Uno turut mengapresiasi karya anak-anak muda berprestasi tersebut.
“Kita, tuh, sudah kerja sama dengan Kemenparekraf. Jadi, Pak Menteri itu support sekali dan mereka minta ini nanti taruh di bandara, di Candi Borobudur, Labuan Bajo, dan gambarnya juga nanti gambar batik segala macam,” kata Imas.
Sebagai informasi, sampai saat ini mesin Junkie’s hanya tersedia sebanyak dua unit yang berada di gedung Kemenparekraf dan gedung United Tractor.
Setelah 3 minggu dipasang di Kemenparekraf, mesin Junkie’s berhasil memilah sampah sebanyak 15 kg.
“Waktu kita launching di gedung Kemenpora kemarin, memang beberapa orang dari luar negeri hadir. Mereka memang tertarik sekali untuk menduplikat mesin ini karena Vietnam, Malaysia, dan Filipina juga butuh. Makanya mereka sampai datang, foto mesinnya, sampai tanya-tanya harga jualnya,” lanjut Imas.
Hasil Olahan Sampah
Hasil sampah yang dipilah oleh Junkie’s akan dibawa ke sebuah markas pribadi milik Komib yang ada di daerah Bekasi, Jawa Barat, untuk diolah kembali menjadi barang yang akan dijual lagi oleh UMKM.
Sebelumnya, Komib juga bekerja sama dengan beberapa pihak yang telah memberikan donasi mesin pencacah, sehingga sampah akan dicacah dan didaur ulang kembali.
“Jadi kita kerjasama sama SMK 1 mereka juga udah punya program daur ulang, tadi jadi setelah dicacah, akan mereka dicetak, dan bisa jadi tatakan,” jelas Imas.
(Komib melakukan kunjungan ke Kemenparekraf. Foto: Komib)
Harapan dan Pesan
Atikah selaku divisi komunikasi Komib mengatakan, ia berharap mesin junkis ini bisa lebih disempurnakan dan dapat dikembangkan menjadi fasilitas umum di Indonesia yang dibutuhkan oleh pemerintah dalam rangka membuat warga Indonesia menjadi lebih disiplin dengan sampah.
Selain itu, Declan berharap agar Indonesia menjadi lebih bersih dan teredukasi mengenai peduli lingkungan dengan cara yang paling mudah, seperti membuang dan memilah sampah sesuai dengan kategorinya.
Kemudian, Dimas dari divisi komunikasi Komib juga mengharapkan hal yang serupa. Ia berharap dengan kemajuan teknologi ini masyarakat Indonesia akan lebih sadar dalam membuang sampah pada tempatnya.
Dimas berpesan untuk menjaga mesin Junkie’s ketika mesin ini sudah menjadi fasilitas umum.
“Teruslah gali potensi dalam diri kalian buatlah diri kalian jauh lebih inovatif dan kreatif untuk memajukan bahasa Indonesia,” tutup Dimas.
Penulis: Kerin Chang
Simak Video Pilihan di Bawah Ini:
