Kaligrafi Tiongkok

Kopi Tugu Berastagi (Foto: Hidayat Sikumbang/DAAI Medan)

Kopi Tugu Berastagi menawarkan seduhan kopi turki menggunakan pasir yang bisa dinikmati secara langsung. Jadi, pencinta kopi tidak perlu jauh-jauh ke Turki untuk mencicipi seduhan kopi turki. Mau coba?

Boy Tarigan mendirikan usaha Kopi Tugu Berastagi di Karo, Sumatra Utara, untuk menawarkan hal baru bagi para wisatawan.

Bagi pencinta kopi, tak ada salahnya untuk mencicipi seduhan kopi turki milik Boy yang berlokasi di Jalan Veteran, tak jauh dari Tugu Perjuangan Berastagi. Itulah yang mendasari dirinya menamai kafe miliknya dengan nama Kopi Tugu by Garuda.

Kopi turki memiliki teknik seduh yang berbeda dengan kopi pada umumnya. Jika biasanya beberapa kafe menyediakan mesin kopi dalam penyeduhannya, kopi turki justru menggunakan pasir. Pasir ini menjadi salah satu media penghantar panas dalam teknik penyeduhan.

(Pemilik Kopi Tugu Berastagi Boy Tarigan)

 

Boy menyebut, ada dua menu kopi turki yang menjadi andalan dan biasa dinikmati oleh pengunjung, yakni Kopi Pasir Hitam dan Kopi Pasir Susu.

“Kalau kopi turki ini dia bisa dibilang cukup berbeda dari teknik penyajiannya. Kita pakai pasir gunung yang mana pasir itu sudah kita panaskan saat penyajiannya. Mungkin dikisaran 90° C. Kemudian, kopinya kita seduh di atas pasir itu, mungkin sekitar 1-2 menit saja sampai dia mendidih, baru kemudian kita sajikan,” ujar Boy kepada DAAI TV, dikutip Selasa (31/10).

Di sini, Boy menggunakan kopi arabika yang berasal dari Desa Dokan, salah satu penghasil biji kopi terbaik dari Karo.

Sementara itu, untuk media pasirnya merupakan pasir dari Guru Kinayan sebuah daerah yang berada di bawah kaki gunung Sinabung.

Hal ini ia lakukan demi menjaga cita rasa kopi miliknya agar dapat dinikmati semua kalangan, khususnya mereka yang menyukai kopi. Untuk alatnya sendiri, Boy memilih untuk membeli alat yang bernama Ibrik dari Turki.

Sebagai seorang penikmat kopi, Boy tak lantas menetapkan standar yang melulu sama bagi setiap pelanggannya. Ketika para pengunjung memesan kopi di kafenya, Boy senantiasa menanyakan selera dari pengunjung tersebut.

Menurutnya, para penikmat kopi memiki kriterianya masing-masing. Ada yang menyukai kopi dengan cita rasa asam, manis, hingga pahit. Ia pun kerap meminta masukan dari para pengunjung terhadap kopi yang ia sajikan.

“Karena kita ga akan bisa bilang kopi itu enak atau tidak enak karena kopi itu bukanlah barang yang pasti. Kopi yang enak bagi kita, belum tentu enak bagi orang lain. Jadi kita punya selera masing-masing dalam kopi, itulah mengapa kopi itu sudah memiliki tuannya masing-masing,” kata Boy.

Segelas kopi yang ia sajikan dibanderol dari mulai harga Rp12 ribu. Di dalam sehari, para pengunjung kafe ini bisa mencapai puluhan, bahkan ratusan di setiap akhir pekannya.

Keunikan dari proses pembuatannya mengundang perhatian dari Dhila Siregar, salah seorang dokter asal Medan yang berkunjung baru-baru ini. Sebagai orang yang bukan penyuka kopi, lidahnya masih dapat menyesuaikan kopi yang diracik oleh Boy ini.

“Sebenarnya aku ini bukan penyuka kopi, tapi masih bisalah untuk nikmatin kopi di sini karena manisnya bisa disesuaikan. Jadi awalnya tertarik ke sini karena belum pernah dengar kopi yang dibuat, dengan pasir gitu,” tutup Dhila.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: