Kaligrafi Tiongkok

Alvian Wardhana bersama LSM Literasi Banua. (Foto: Instagram.com/awvianz)

Alvian Wardhana (22) mendirikan komunitas Literasi Anak Banua yang berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan, khususnya di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).

Literasi Anak Banua adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak pada isu literasi anak pedesaan Kalimantan Selatan, baik yang berstatus 3T maupun masyarakat desa di Kalimantan Selatan.

Fokus kegiatan Literasi Anak Banua, adalah menyelesaikan permasalahan pendidikan dengan berbagai program. Di antaranya melalui kegiatan kerelawanan, les gratis, rumah baca, one way program, dan sebagainya.

Mengutip dari situs web Literasi Anak Banua, komunitas ini telah memberikan dampak pada 40 desa terpencil, di 5 kabupaten di Kalimantan Selatan.

Atas dedikasinya, mahasiswa Universitas Brawijaya ini mendapatkan penghargaan Y20 Youth Leader Award bidang Youth Employment tahun 2022 lalu.

Y20 Award merupakan penghargaan untuk mengakui dan mengapresiasi para pemimpin pemuda, baik individu maupun kelompok di negara-negara G20 dan non-G20. Khususnya, bagi mereka yang secara konsisten melakukan program, atau memimpin organisasi maupun yayasan yang berfokus pada empat bidang utama pada Y20.

“Penghargaan ini saya terima karena saya mendirikan Non-Governmental Organization (NGO) bernama Literasi Anak Banua yang berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan, khususnya di daerah 3T dan bagi masyarakat adat di Kalimantan Selatan, dengan memberikan les gratis, membagikan alat tulis, mendirikan perpustakaan serta memberdayakan anak muda,” ujar Alvian dikutip dalam keterangannya, Selasa (16/4).

(Alvian dan anak-anak LSM)

 

Mendirikan LSM Literasi Anak Banua

Pada 2018 lalu, saat masih berusia 16 tahun Alvian berkesempatan untuk berkunjung ke sebuah desa di Kalimantan Selatan. Kala itu, dirinya menjadi pembicara di sebuah forum yang membahas materi seputar hak anak-anak, sekaligus mengajak anak-anak desa untuk bermain.

Di sebuah sesi yang mengharuskan peserta untuk menulis, Alvian didatangi oleh salah satu anak dan memintanya untuk mengajari cara membaca dan menulis.

Melihat banyaknya anak-anak yang belum bisa membaca, menulis, bahkan berhitung, membuat hati Alvian tergerak untuk menjadi guru les gratis bagi anak-anak tersebut.

Alvian pun mengembangkan kurikulum pendidikan dan metode pengajaran, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.

Bersama teman-temannya, Alvian kemudian mendirikan “Rumah Baca Kami”. Program ini diprakarsai untuk mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan di daerah terpencil dan perkotaan.

Kemudian, Alvian mengembangkan program tersebut menjadi komunitas Literasi Anak Banua. Mereka mencoba melakukan identifikasi bagaimana masalah ini muncul. Hasilnya, diketahui bahwa masalah ini datang dari banyak faktor.

Mulai dari minimnya akses terhadap ilmu dan buku bacaan, tenaga pengajar yang kurang kompeten, hingga tidak meratanya kesempatan pendidikan bagi anak-anak desa.

Melibatkan 90 relawan dan 54 anggota tim digital, Literasi Anak Banua menginisiasi berbagai kegiatan.

Mulai dari memberikan bimbingan belajar gratis berdasarkan pengajaran dengan kurikulum tertentu, membangun perpustakaan mini, proyek satu arah, dan Program Sakula. Berbagai inisiatif ini telah berdampak pada lebih dari 10.000 siswa, menciptakan 8 inisiatif baru, mengurangi angka buta huruf dan putus sekolah, serta meningkatkan pengetahuan anak.

Melalui keberhasilan ini, Literasi Anak Banua telah menerima berbagai pengakuan. Salah satunya, sebagai 1 dari 100 LSM dengan proyek sosial terbaik di dunia versi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) & For Leadership pada tahun 2022.

Apresiasi lain juga diberikan di tingkat lokal hingga global, seperti Diana Award 2021, Ashoka Young Changemaker 2021, Y20 Award di bawah G20 Indonesia Presidency 2022, 76 Ikon Prestasi Pancasila, 30 Under 30 Literacy, dan pengakuan tertinggi lainnya.

 

Mendapat Penolakan

Saat mendirikan komunitas ini, Alvian banyak melakukan pendekatan kepada masyarakat setempat. Awalnya, kata Alvian, ia sempat menerima banyak penolakan dan keraguan.

Meski demikian, kini banyak warga yang memberikan dukungan, sehingga Literasi Anak Banua bisa memiliki dua kegiatan inti yang menjadi program kerja utama komunitas tersebut.

Mengutip dari Good News From Indonesia (GNFI), kegiatan pertama adalah kegiatan rutin yang terbagi atas dua kegiatan besar, yaitu pemberian les gratis akademik dan nonakademik.

Vian menyebutkan, bahwa dalam kegiatan ini anak-anak akan dibagi menjadi kelompok kecil. Kemudian, mereka akan belajar dengan memaksimalkan berbagai cara penyerapan informasi seperti konsep audio, visual, dan kinestetik. Kegiatan ini menjadi kesempatan bagi anak-anak untuk mengulang pelajaran di sekolah.

Meningkatkan potensi siswa menjadi tujuan utama bagi les nonakademik. Di sini, mereka akan belajar berpuisi, menari, menciptakan karya seni, sampai memaksimalkan potensi olahraga seperti berenang.

Kedua, melalui one way project. Kegiatan ini dilaksanakan tiap tahun atau sesuai kebutuhan. Misalnya, kegiatan Banua Dongeng atau pembukaan donasi, pembagian masker reusable, dan pendonasian buku ke anak-anak desa.

(Alvian dan anak-anak LSM)

 

Proyek Satu Arah

LSM Literasi Anak Banua memiliki beberapa proyek satu arah yang dibuat sebagai wadah pengembangan diri anak-anak, yakni sebagai berikut.

  1. Buku Bersambung

Buku Bersambung adalah proyek yang berfokus pada penggunaan kembali sisa-sisa kertas dari buku tulis yang sudah tidak terpakai.

Kertas ini dikumpulkan dari sekolah-sekolah di daerah perkotaan, untuk kemudian diolah kembali dan didistribusikan kepada 600 siswa sekolah dasar.

 

  1. Buku Berkata

Buku Berkata adalah sebuah proyek yang berfokus pada pendistribusian 1.000 buku tulis gratis ke daerah-daerah terpencil.

 

  1. Cipta Asa

Cipta Asa adalah sebuah proyek yang berfokus pada pembagian 1.000 masker gratis karena Covid-19 dan keterbatasan masker anak di daerah terpencil.

 

  1. Dongeng Cerita

Dongeng Cerita adalah proyek satu arah yang berfokus pada pengajaran kreatif berbasis boneka.

 

  1. Relawan Literasi Banua

Relawan Literasi Banua, adalah proyek satu arah yang berfokus untuk mengundang anak muda dari seluruh Indonesia untuk pergi ke desa-desa terpencil di Kalimantan Selatan dan mengajar anak-anak, serta terlibat dengan masyarakat adat selama beberapa minggu.

 

  1. Surat Kata

Surat Kata adalah sebuah proyek yang berfokus untuk berbagi cerita motivasi dari para relawan kepada anak-anak, untuk memiliki mimpi dan meneruskan cita-cita mereka. Setidaknya 220 surat telah dikirimkan.

 

  1. Penyembuhan Trauma

Trauma healing adalah proyek satu arah yang berfokus pada penyembuhan trauma pascabencana di Kalimantan Selatan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: