
Sampah di Gunung Everest (Instagram tenzi_sherpa1999)
Pemandu Trek Tenzi Sherpa membagikan kondisi miris Gunung Everest yang kini dipenuhi sampah yang ditinggalkan oleh para pendaki.
Everest menjadi gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian mencapai 8.849 meter. Gunung ini, terletak di Mahalangur Himal, Himalaya, perbatasan antara Nepal dan daerah otonomi Tibet, China.
Sayangnya, pemandangan indah yang ditawarkan Gunung Everest ini tidak sebanding dengan kondisi lingkungannya.
Sherpa membagikan video yang menampilkan berton-ton sampah ditinggalkan oleh pendaki yang melakukan pendakian ke Gunung Everest.
Mengutip dari ABC News, musim pendakian beberapa waktu lalu telah membuat bagian perkemahan di Gunung Everest tampak seperti tempat pembuangan sampah.
Tidak sedikit pendaki yang meninggalkan banyak sampah di Camp IV, South Col, Gunung Everest.
Ada beragam sampah yang dibuang di Camp IV, mulai dari tenda, pembalut wanita, peralatan mendaki, mangkuk, sendok, seprai, tali, botol oksigen kosong, sampai kertas.
“Ini kamp paling kotor yang pernah saya lihat. Saya merasa sangat sedih setiap kali melihat kondisi ini. Saya sudah sering melihat sekelompok pendaki menancapkan logo perusahaan atau komunitas mereka di sana, serta meninggalkan semua tenda mereka,” ujar Sherpa dikutip dalam akun Instagram-nya, Rabu (7/6)
Saat musim puncak pendakian di Himalaya tiba, Nepal mengeluarkan sebanyak 478 izin pendakian Gunung Everest. Ini adalah jumlah izin tertinggi yang pernah dikeluarkan.
Sherpa mengatakan, meskipun beberapa turis pernah mencoba membersihkan sampah tersebut, tetapi jumlah sampahnya akan terus bertambah.
Sherpa dan timnya bahkan telah membersihkan lebih dari 440 pon sampah dari Gunung Everest, tetapi masih banyak PR yang harus dilakukan. Selain itu, Sherpa juga kerap menjadwalkan pembersihan gunung, tetapi upaya ini masih belum cukup.
“Kampanye Gunung Bersih sudah dimulai sejak bertahun-tahun yang lalu. Walaupun kampanye tersebut melakukan upaya yang baik untuk membersihkan gunung, tetapi seperti biasa setiap perusahaan meninggalkan sampah di gunung, sehingga akan sulit untuk dibersihkan,” katanya.
Pada tahun 2014 pemerintah Nepal pernah meluncurkan inisiatif untuk mencegah pendaki membuang sampah sembarangan di Gunung Everest.
Saat berkunjung, pendaki diharuskan membayar USD4.000 atau sekitar Rp59,4 juta (asumsi kurs Rp14.870), tetapi jika pendaki turun dengan membawa 18 pon sampah saat mendaki, maka uang tersebut akan dikembalikan.
Sebuah studi di tahun 2020 bertajuk “Dampak Pariwisata yang Berlebihan di Gunung Everest” yang dilakukan oleh European Journal of Molecular and Clinical Medicine memaparkan, selama 60 tahun terakhir ada 50 ton sampah yang telah ditinggalkan di Gunung Everest.
Berbagai upaya untuk memperbaiki masalah sampah di Nepal sudah banyak dilakukan, baik oleh organisasi pemerintah maupun non-pemerintah.
Namun, hal ini sulit dilakukan karena pemerintah dan petugas penghubungnya tidak melakukan pemantauan secara berkelanjutan.
“Saya ingin meminta pemerintah untuk menghukum perusahaan yang meninggalkan sampah mereka di gunung, ini adalah masalah besar yang kita semua hadapi,” tutup Sherpa.