Kaligrafi Tiongkok

Ilustrasi Nyepi (Foto: Satrio Ramadhan via Studio Indonesia)

Nyepi adalah hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Hari tersebut, jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Menjelang Nyepi, biasanya umat Hindu akan melakukan serangkaian upacara adat terlebih dahulu.

Pada Rabu (22/3) umat Hindu akan merayakan Hari Raya Nyepi di Tahun Baru Saka 1945. Momen perayaan Nyepi bisa sangat terasa di wilayah Bali, dengan penduduk mayoritas beragama Hindu.

Bagi masyarakat Bali, Nyepi adalah perayaan yang menandai dimulainya tahun baru, yakni hari untuk membersihkan diri dari kesalahan dan pertanda buruk tahun sebelumnya, serta membangun tahun yang murni dan positif di masa depan.

Umat Hindu yang merayakan Nyepi, akan mematikan semua lampu dan sumber suara, menghentikan perjalanan, dan meninggalkan semua aktivitas duniawi.

Pada momen Nyepi, mereka akan fokus untuk bermeditasi, ditemani dengan keheningan dan ketenangan di seluruh pulau Bali.

Selain itu, selama momen Nyepi, khususnya di Bali, tidak akan ada pesawat yang akan mendarat atau lepas landas selama 24 jam.

Semua lalu lintas di Bali akan dihentikan, semua toko akan tutup, serta tidak ada lalu lalang pejalan kaki yang diperbolehkan di pantai atau di jalanan.

Nantinya, akan ada penjaga keamanan tradisional yang disebut pecalang yang akan memastikan bahwa aturan ini dipatuhi dengan ketat.

Pada malam hari, semua lampu juga harus dimatikan. Hotel akan menutup semua gorden, sehingga tidak ada sinar cahaya yang menembus ke luar. Semua suara atau musik di dalam ruangan, harus diatur ke volume terendah.

Nyepi adalah hari yang didedikasikan sepenuhnya untuk mendekatkan diri dengan Tuhan (Hyang Widi Wasa) melalui doa. Sekaligus, sebagai hari introspeksi diri untuk memutuskan nilai-nilai, seperti kemanusiaan, cinta, kesabaran, kebaikan dan sebagainya yang harus disimpan selamanya.

Mengutip dari laman Wonderful Indonesia, umumnya pada malam Nyepi akan diadakan arakan Ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh adalah karya seni patung yang diarak keliling saat menjelang Nyepi. Ogoh-ogoh melambangkan sebuah tokoh Hindu bernama Bhuta Kala.

Ogoh-ogoh akan diarak keliling desa oleh sekelompok masyarakat hingga malam sebelum Hari Raya Nyepi. Arakan ogoh-ogoh biasanya dilakukan di pantai dan akan diiringi musik gamelan Bali bernama bleganjur, dengan suara keras.

Setelah diarak, ogoh-ogoh akan dibakar dalam prosesi tawur agung kesanga, sebelum umat Hindu melakukan tapa brata penyepian. Proses pembakaran ini, diyakini bisa membuang setiap roh jahat yang membawa penyakit dan kesengsaraan ke pulau itu selama setahun terakhir.

Di sisi lain, rangkaian ritual dalam rangka Nyepi akan berlangsung 3-4 hari sebelumnya yang ditandai dengan adanya ritual Melasti (disebut juga Melis atau Mekiis).

Upacara Melasti dilaksanakan sebelum ibadah Tawur Kesanga dan Catur Bhrata Penyepian, atau Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka. Ritual Melasti dilaksanakan di pura yang berdekatan dengan sumber air kehidupan (tirta amertha), seperti laut, danau, atau sungai.

Hal ini, dimaksudkan untuk menyucikan patung, Pratima, dan Pralingga (benda suci) milik pura, dan memperoleh air suci dari laut.

Di Jawa, upacara serupa dilakukan di Pantai Balekambang di pantai selatan Malang, Jawa Timur, dalam ritual yang dikenal sebagai Jalani Dhipuja, serta di Candi Prambanan di Provinsi Yogyakarta.

Setelah itu, akan ada ritual Tawur Kesanga dan Caru yang merupakan ritual pengorbanan. Sesajian dilakukan di desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi dengan persembahan ayam, itik, babi, kambing, sapi atau lembu, bahkan tanaman.

Selain mengingatkan masyarakat Bali akan pentingnya ternak dan hasil bumi, ritual ini juga dimaksudkan untuk menenangkan Batara Kala melalui persembahan Pecaruan.

Di sore hari menjelang malam Nyepi, masyarakat akan melakukan ritual Pengurupukan. Pada ritual ini, masyarakat Bali akan melakukan pawai di sepanjang jalan desa dengan memegang obor api dan memainkan kulkul (lonceng bambu tradisional). Biasanya, prosesi ogoh-ogoh akian dilakukan pada pawai ini.

Kemudian, sehari setelah Nyepi akan dilakukan upacara Ngembak Geni, atau tradisi untuk mengunjungi keluarga, tetangga, dan kerabat untuk saling memaafkan.

Setelahnya, mereka juga akan melakukan Dharma Canthi dengan membaca Sloka, Kekidung, dan kitab suci agama lainnya.

Jika ingin menyaksikan pawai ogoh-ogoh, Sahabat DAAI bisa mengunjungi Pantai Kuta, Seminyak, Nusa Dua, dan Sanur.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: