
Tim UGM di kompetisi matematika (Foto: ugm.ac.id)
Kontingen mahasiswa UGM meraih prestasi pada kompetisi di Bulgaria dan berhasil membawa pulang beberapa penghargaan.
Mahasiswa UGM menorehkan prestasi pada ajang International Mathematics Competition (IMC) 2023 yang diselenggarakan di Blagoevgrad, Bulgaria, pada 31 Juli–6 Agustus 2023.
Untuk mengikuti kompetisi ini, pihak UGM mengirim tim yang beranggotakan Muhammad Raid Akram (Fakultas MIPA), Rama Sulaiman Nurcahyo (Fakultas Teknik), dan Orlando Ferrari (Fakultas MIPA).
Tim tersebut berhasil membawa pulang 1 medali perak dan 2 honorable mention yang mengharumkan nama UGM dan Indonesia.
Orlando Ferrari menjelaskan, dirinya merasa bangga karena bisa mewakili negara dan memenangkan kompetisi ini.
“Semula hanya angan-angan bagi saya. Dari IMC kemarin, saya bisa mewujudkan angan-angan ini dengan menjadi juara. Saya sangat bersyukur atas pencapaian ini dan saya tetap diingatkan untuk terus mengembangkan diri. Ini karena di luar sana masih banyak orang-orang yang lebih baik dari saya,” ujar Orlando dikutip dalam keterangannya, Kamis (31/8).
Orlando mengaku, sebelumnya ia tidak memiliki rencana khusus untuk mengikuti ajang IMC.
“Setiap tahun saya memiliki perencanaan perihal kegiatan yang ingin saya ikuti. Saya tidak ada merencanakan sama sekali bahwa saya akan mengikuti IMC tahun ini karena saya masih berfokus pada memenangkan ONMIPA. Berhubung saya merasa saya masih kurang mampu untuk mengikuti IMC, serta hasil saya di ONMIPA tahun lalu bahwa saya hanya peraih medali perunggu,” katanya.
Namun, setelah berhasil meraih predikat winner dari kompetisi ONMIPA 2023, Orlando pun termotivasi untuk mendaftar ke seleksi IMC.
“Alhamdulillah, walaupun diselimuti rasa takut, saya mampu lolos menjadi kontingen Indonesia dalam IMC 2023 yang terus berlalu hingga saya memenangkan IMC 2023 sebagai peraih medali perak di antara 392 peserta dari seluruh dunia,” ungkap Orlando.
Orlando melanjutkan, tantangan terbesar yang ia alami selama mengikuti kompetisi ini adalah rasa cemas dan takut karena harus melawan seniornya sendiri dan medalis tahun sebelumnya di ajang yang sama.
Demi mempersiapkan diri pada kompetisi tersebut, Orlando terus menekuni soal-soal dan strategi selama dua jam setiap harinya.
Ketika mendekati ajang ONMIPA dan seleksi IMC, Orlando menambah jam berlatihnya hingga tiga jam per hari.
Tak hanya itu, Orlando bahkan harus mengikuti UAS susulan untuk memenuhi nilai akademiknya di tengah masa persiapan tersebut. Ketekunan inilah yang akhirnya membuat persiapannya matang sebelum hari perlombaan.
“Puncak persiapan Orlando adalah di dua minggu sebelum IMC. Pasalnya, dengan diadakannya pelatihan nasional, Orlando bisa belajar 8-12 jam sehari yang membuat saya sendiri sangat kelelahan. Saya juga harus meninggalkan banyak kegiatan yang umumnya saya lakukan,” ungkap Orlando.
Persiapan tersebut sempat membuatnya merasa tertekan dan lelah, tetapi tekad yang kuat kembali membangkitkan semangatnya untuk berjuang.
Setelah melalui banyak hal penuh penuh usaha dan doa, Orlando sendiri merasa puas telah berhasil mendapatkan medali impiannya di kompetisi bergengsi.
“Usaha terbesar saya adalah saya harus mengorbankan kebiasaan saya bermain, hampir keseluruhan libur semester dan waktu saya untuk pulang kampung. Walaupun begitu, saya tidak menyesal telah berkorban sebanyak itu demi pencapaian yang saya dan banyak orang inginkan ini,” tutup Orlando.