Kaligrafi Tiongkok

Relawan pegiat lingkungan Imang (Foto: Mimpi Jadi Nyata DAAI TV)

Imang telah menjadi relawan yang tulus merawat lingkungan di Gunung Halimun Salak. Setelah 18 tahun menjadi relawan tanpa dibayar, mimpi Imang pun berhasil jadi nyata.

Imang (64) merupakan pegiat lingkungan yang telah menjadi relawan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat, selama kurang lebih 18 tahun.

Imang tinggal di daerah konservasi, sehingga dirinya peduli dengan lingkungan di tempat tinggal sekitar.

Pada tahun 2004 lalu, kata Imang, terdapat lahan kosong seluas ribuan meter yang tidak terurus. Untuk meminimalkan hal yang tidak diinginkan, akhirnya Imang pun menggarap lahan kosong ini.

“Kebetulan bapak liat tanah kosong, (lalu) karena bapak peduli, bapak menanam di lahan kosong itu. (Hasilnya nanti), kan, ada anak cucu yang bisa menikmati, bukan Pak Imang aja, tetapi semua orang (bisa menikmati),” ujar Imang dikutip dalam kanal YouTube Mimpi Jadi Nyata DAAI TV, Jumat (17/3).

Awalnya, Imang menanami lahan dengan bibit tanaman puspa dan rasamala. Ia pun dengan telaten mengurus lahan, tetapi kian hari tanggung jawabnya dirasa semakin berat.

Imang pun berusaha mengumpulkan orang-orang yang peduli dengan lingkungan dan mau membantunya untuk mengurus lahan.

“Akhirnya, di tahun 2006 bapak (berhasil) dapat 25 orang, (setelah itu) tahun 2007 kami diresmikan jadi volunteer,” kata Imang

Semua pekerjaan bercocok tanam dilakukan Imang tanpa bantuan alat canggih. Mulai dari mencari bibit, membuat setek, mengemas setek, memotong rumput tinggi di sekitar lahan, dan sebagainya.

“Untuk mencari bibit tanaman puspa, (Saya harus mencari) sekitar 3 km ke Curug Seribu,” sambungnya.

Tidak jarang, ia juga mencari sejauh 6 km untuk mencari bibit tanaman puspa dan raksamala demi kebutuhan konservasi.

Penanaman bibit tanaman pun dilakukan secara organik menggunakan tanah alam, tanpa ada obat khusus yang digunakan.

Tak hanya itu, semua pekerjaan ini dilakukan Imang secara manual, tanpa ada bantuan mesin.

“Pihak taman nasional terkadang membutuhkan 3.000 bibit pohon dengan ketinggian maksimal 30 cm, (lalu) bapak siapkan bibitnya,” jelas Imang.

Sampai saat ini, Imang mengaku belum ada bantuan finansial yang diberikan dari pihak taman nasional atau pemerintah daerah setempat.

Untuk itu, setelah bekerja belasan tahun dengan cara manual, Imang mengaku kini ia mulai kesulitan untuk menangani lahan tersebut.

Saat ini, Imang memiliki mimpi untuk punya mesin potong rumput demi mempermudahnya memotong rumput berukuran tinggi.

Melihat kegigihan dan ketulusan hati Imang dalam merawat lahan, tim Mimpi Jadi Nyata DAAI TV pun mewujudkan mimpi Imang untuk memiliki mesin potong rumput.

Kini, Imang terus bekerja setulus hati untuk merawat lahan, dengan menggunakan mesin potong rumput miliknya.

“Ayo mari kita menanam bersama-sama jangan pas longsor baru nanem. Ayo, adik-adik semua bangkitkan dan gugah hatinya untuk merawat alam ini bersama,” tutup Imang.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: