Mbah Lasiyo yang dijuluki Profesor Pisang. (Foto: Tangkapan layar YouTube Inspirasi Agribisnis)
Lasiyo Syaifudin (72) kerap dijuluki sebagai Profesor Pisang dari Yogyakarta. Pasalnya, ia berhasil membudidayakan pisang dan membuat obat hama dengan racikan alaminya sendiri.
Petani asal Dusun Ponggok Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ini, mampu membudidayakan ratusan bibit varietas pisang dari berbagai daerah dengan metode temuannya.
Mbah Lasiyo sendiri, mulai membudidayakan pisang setelah kehidupannya sempat terpuruk akibat gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta pada 2006 lalu.
Tidak ingin berdiam diri, Lasiyo pun mencetuskan ide pemberdayaan warga dengan menanam pisang. Tanaman ini dipilih sebagai objek budidaya karena bibitnya murah dan bisa ditanam di mana saja.
“Pasca gempa saya meminta izin kepada Pak Lurah untuk membangkitkan semangat warga, dengan menanam pisang. Karena apa? Pisang itu mudah dan murah dan di lingkungan kita ada. Istilahnya bibit tinggal meminta,” ujar Mbah Lasiyo dikutip dari tayangan YouTube Metro TV, Kamis (4/4).
Mbah Lasiyo juga menyukai tanaman pisang karena memiliki filosofi hidup yang menyentuh.
Mbah Lasiyo menjelaskan, “Mengapa pisang? Andaikata induknya mau mati, pisang itu meninggalkan tunas yang banyak atau anakan. Kalau batang tanaman lainnya, belum tentu pas mau mati terus meninggalkan anakan, tapi kalau pisang pasti meninggalkan anakan.”
Meski demikian, ide Mbah Lasiyo baru bisa direalisasikan pada akhir 2007. Pada waktu itu, ia mendapat bantuan pembelajaran dari pemerintah.
Dari sanalah, Mbah Lasiyo mengajukan diri untuk mendapatkan pembelajaran tentang budidaya pisang mulai dari proses pembibitan, pemberantasan hama penyakit, pasca panen, pengolahan, dan pasca pemasaran. Dalam program itu, ia mengajak masyarakat untuk ikut serta.
“Semua ini dilakukan bukan untuk mencari ini dan itu. Namun sebagai usaha untuk kehidupan kita yang terus berlangsung. Jadi kita tidak keterlaluan menggantungkan bantuan pada siapapun andaikata kita punya tabungan tanaman yang hidup, bisa berbuah, dan bisa dimakan,” jelas Mbah Lasiyo dikutip dari YouTube Kementerian Pertanian.
(Budidaya pisang oleh Mbah Lasiyo. Foto: Tayangan YouTube Inspirasi Agribisnis)
Membuat Pestisida Alami
Selama melakukan budidaya pisang, Mbah Lasiyo menggunakan pupuk organik, pestisida alami, dan agen hayati hasil racikannya sendiri.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pestisida alami, juga berasal dari tanaman yang ia tanam sendiri. Di antaranya umbi temu ireng, temu lawak, daun misoni, daun sambiloto, dan daun papaya.
Temuannya dalam pembibitan dan budidaya pisang secara alami inilah yang membuat Lasiyo dijuluki sebagai Profesor Pisang.
Selain itu, temuan Mbah Lasiyo terkait metode alami dalam membudidayakan pisang, membuat Mbah Lasiyo diundang ke Italia untuk menghadiri seminar internasional, pada tahun 2016 lalu.
Di sana Lasiyo diundang menjadi pembicara untuk mewakili Indonesia atas keberhasilannya membudidayakan tanaman pisang, khususnya dengan metode yang berbeda daripada yang lain.
Tak ingin sukses sendiri, budaya tanaman pisang secara alami ini juga Mbah Lasiyo bagikan kepada warga di dusunnya. Alhasil, banyak warga yang sejahtera setelah ikut membudidayakan tanaman pisang ala Mbah Lasiyo.
(Budidaya pisang oleh Mbah Lasiyo. Foto: Tayangan YouTube Inspirasi Agribisnis)
Modal Utama Budidaya Pisang
Mbah Lasiyo berpesan, hal utama yang perlu disiapkan saat ingin memulai budidaya pisang atau tanaman lain, adalah modal.
“Modalnya tidak banyak, tapi hanya 3M. 3M itu bukan miliar, tapi ‘M1’ melihat; ‘M2’ memahami; dan ‘M3’ melaksanakan. Apabila kita sudah mempunyai modal 3M, maka akan berhasil dengan baik dan benar, yaitu melihat, memahami, dan melaksanakan,” kata Mbah Lasiyo.
Selain 3M, Mbah Lasiyo juga menjelaskan kalau modal lainnya yang perlu dimiliki untuk melakukan budidaya tanaman, adalah dengan memelihara TUYUL.
Bukan hal gaib, TUYUL adalah singkatan yang menjadi pegangan Mbah Lasiyo dalam mengembangkan usaha pembibitan pisang.
“Kita memelihara tuyul bukan tuyul demit, setan, tapi itu singkatan. ‘T’ adalah Takwa, ‘U’ adalah Usaha, ‘Y’ adalah Yakin, ‘U’ adalah Ulet atau inovatif, dan ‘L’ adalah Lincah jika ada pembeli atau tamu harus lebih diutamakan. Jadi yang lainnya merasa senang,” tutup Mbah Lasiyo.