Kaligrafi Tiongkok

Pendiri MASA AI (Foto: Instagram.com/joinmasa.ai)

Davyn Sudirdjo, Jason Sudirdjo, bersama Wilson Liang, menciptakan MASA AI yang berfokus untuk menyediakan solusi pendidikan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.

Jason Sudirdjo (20) merupakan mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Berkeley, sedangkan kakaknya, Davyn (22), adalah lulusan Master Stanford Symbolic Systems dengan fokus AI.

Sementara itu, Wilson (23) merupakan Warga Negara Amerika Serikat (AS) lulusan Master Stanford Computer Science.

Melalui visi dan misi yang sama, ketiganya mendirikan perusahaan rintisan (start up) bernama MASA AI. Start up ini, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan 150 juta pekerja dan 50 juta siswa Indonesia, dimulai dengan kemampuan bahasa Inggris.

Belum lama ini, MASA AI telah meluncurkan platform belajar daring berbasis artificial intelligence (AI) bernama Jennie. Platform Jennie sendiri, terdiri atas sejumlah produk, yakni JennieTest dan JennieSpeak.

Mengutip dari wawancara di kanal YouTube Voice of Indonesia, Jason mengatakan produk JennieTest telah resmi diluncurkan pada 23 Juni 2023 lalu.

“Target dari JennieTest, adalah untuk membantu mendemokratisasi pendidikan. Kami akan mulai dengan bahasa Inggris karena bahasa Inggris adalah skill yang paling mendasar,” ujar Jason dalam wawancaranya, dikutip Senin (24/7).

Menurut Jason, kemampuan bahasa Inggris sangat vital dimiliki banyak orang. Mulai dari murid yang ingin belajar ke luar negeri, pegawai yang ingin mengembangkan karier, mencari beasiswa, dana pendidikan, dan sebagainya.

Selain bahasa Inggris, Jason dan pendiri MASA AI lainnya juga sedang mengembangkan sistem AI untuk membantu pengguna belajar bahasa Korea dan bahasa Mandarin.

Jason menjelaskan, cara kerja platform JennieTest cukup mudah. JennieTest akan membantu menganalisa kemampuan dan kelemahan bahasa Inggris dari penggunanya melalui sejumlah tes.

Menurut Jason, tes yang diberikan telah distandardisasi dengan tes TOEFL atau IELTS yang kerap digunakan sebagai salah satu syarat untuk menempuh pendidikan di luar negeri.

Setelah melakukan tes, sistem AI akan menganalisa kekuatan dan kelemahan pengguna, sesuai dengan nilai prediksi yang mereka dapatkan.

“Kemudian AI itu akan merekomendasikan materi belajar yang sesuai dan bisa mengurangi kelemahan itu. Jadi worksheet itu semuanya kita generic dengan AI. Kenapa kami mau generic dengan AI? ” kata Jason.

Salah satu permasalahan dilihat Jason, saat ini biaya yang dikeluarkan murid untuk belajar itu sangat mahal.

Mulai dari membeli paket les bimbingan belajar per jam, membeli buku panduan belajar, membeli materi pembelajaran, materi latihan soal, kuis, dan juga paket video belajar yang bisa menghabiskan biaya sampai jutaan rupiah.

“Oleh karena itu, kami menggunakan teknologi AI untuk membuat worksheet, membuat soal latihan, membuat soal tes, pertanyaan, jawabannya, sampai membuat penjelasan untuk jawaban-jawaban yang benar semuanya dengan AI. Jadi tidak akan pernah kehabisan,” jelasnya.

Selain itu, Jennie juga menyediakan chat bot yang bisa digunakan pengguna untuk bertanya. Mereka hanya perlu bertanya secara langsung lewat audio atau tulisan ke Jennie, nantinya program AI ini akan menjawab pertanyaan dalam bentuk tulisan atau audio.

Untuk memastikan konten yang dihasilkan selalu sesuai dan kredibel dengan permintaan pengguna, Jason mengatakan pihaknya menggunakan banyak sistem AI yang saling terintegrasi.

Salah satu sistem AI yang digunakan, adalah quality assurance AI (QA AI). Sistem ini mengotomatiskan dan merampingkan proses penjaminan kualitas, sehingga menjadikannya lebih efisien, efektif, dan akurat.

Untuk bisa menikmati layanan ini, pengguna hanya perlu membayar biaya Rp38 ribu per bulan dan bisa digunakan kapan dan di mana pun tanpa batas.

“Kami memulai MASA AI karena kami ingin menggunakan teknologi untuk membuat pendidikan lebih terjangkau. Seiring kemajuan AI dan teknologi yang lebih baik, maka semuanya akan menjadi lebih murah, efisien, dan lebih cepat,” tutup Jason.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: