Kaligrafi Tiongkok

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta mengadakan program bedah rumah (Foto: DAAI TV)

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengadakan program bedah rumah di kawasan Palmerah, Jakarta Barat.

Program bedah rumah ini diberikan kepada warga prasejahtera di kawasan Palmerah, Jakarta Barat.

Sebanyak 19 unit rumah warga rencananya akan dibedah karena mengalami kerusakan berat dan tidak layak huni.

Dari total 30 unit rumah, sebanyak 19 rumah yang terpilih di RW 08 Kel. Palmerah, Kec. Palmerah akan mengikuti program bedah rumah karena kondisinya sudah tidak layak huni.

Lokasi program perbaikan rumah dalam rangka program penataan permukiman ini, ditinjau langsung oleh Pejabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono pada Minggu, (6/8).

Menurut Heru, permukiman di kawasan ini padat penduduk, sehingga perlu segera direnovasi. Puluhan warga juga hidup di dalam gang yang sangat sempit yang membuat rumah tidak memiliki ventilasi.

Luas rumah warga yang sebagian besar hanya 3×3 meter persegi, juga biasanya dihuni oleh 4-6 anggota keluarga.

Permasalahan lain yang dihadapi di permukiman padat adalah sanitasi yang tidak memadai. Hal ini, membuat warga harus menggunakan fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) bersama yang dibangun dengan swadaya masyarakat, serta jauh dari kata bersih atau higienis.

“Kalau kita sudah melakukan revitalisasi, maka secara tidak langsung sanitasi, sarana prasarana, begiu juga situasi kondisi seperti sinar matahari, dan sebagainya bisa cukup untuk masuk ke rumah masing-masing,” ujar Heru dalam sambutannya, dikutip Senin (7/8).

Melalui revitalisasi ini, kata Heru, secara tidak langsung Pemerintah Daerah (Pemda) DKI bersama Yayasan Buddha Tzu Chi bisa mengurangi stunting dan mengatasi tuberkulosis (TBC).

“(Bedah rumah ini) untuk pencegahan stunting, termasuk tuberkulosis, ya. (Setelah revitalisasi) sinar mataharinya bisa ada, udaranya bisa mengalir (ke dalam rumah), itu pencegahan dini yang tentunya sebelum mereka terkena TBC. Itu adalah bagian dari pencegahan dari revitalisasi rumah ini,” ungkap Heru.

Setelah melakukan bedah rumah tahap pertama, pemerintah akan berkeliling ke lima wilayah lain di Jakarta untuk melakukan bedah rumah lanjutan.

Nantinya, rumah yang berhak mendapatkan revitalisasi akan didata langsung oleh walikota daerah masing-masing.

Heru berharap, warga yang mendapatkan fasilitas bedah rumah bisa menjaga kebersihan, kesehatan, dan menjaga agar anak mereka tidak masuk ke dalam kondisi stunting.

“Saya titip kepada Pak RT/RW setempat, setelah melakukan revitalisasi atau bedah rumah ini pemilik rumahnya wajib menjaga kebersihan dan menjaga kehidupan yg layak. Dengan demikian, kawasan ini bisa menjadi contoh bagi lokasi lain yang akan dibedah,” kata Heru.

Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma yang juga ikut meninjau rumah warga mengatakan, Yayasan Buddha Tzu Chi akan membangun kembali rumah warga dengan konsep vertikal 2-3 lantai.

Hal ini bertujuan agar warga memiliki tempat yang lebih banyak untuk ruang tidur, ruang bermain anak, dan kamar mandi.

“Ada space yang bisa digunakan untuk interaksi, space bersama, nanti akan kami bicarakan. Jadi rumah itu bisa di atas, di bawahnya adalah space yang bisa digunakan untuk bersama,” jelasnya.

Selain ingin menata permukiman di Jakarta menjadi layak huni, target besar dalam program bedah rumah adalah meningkatkan kesehatan warga.

Dengan demikian, bisa mengurangi angka stunting atau masalah gizi kronis pada anak dan mencegah timbulnya kasus TBC.

Sugianto mengaku, wilayah yang akan mendapatkan bantuan bedah rumah memiliki situasi yang lebih parah daripada tempat lainnya.

“Kami sudah lihat gangnya, ventilasinya, dan segalanya. Untuk itu, kita usulkan kepada gubernur lebih baik kita bongkar semuanya, bangun ke atas, supaya space rumah yang seluas 4 m bisa dapat minimum 18 m. Kita bikin tadi jalan keluarnya gimana, jadi kita bisa selesaikan masalah lebih banyak,” ungkap Sugianto.

Menurutnya, langkah ini bisa membantu keluarga penerima bantuan bisa hidup dengan lebih layak dan membantu tumbuh kembang anak-anak mereka.

Sugianto melanjutkan, “Kalau enggak gitu, kemiskinan itu enggak mungkin dia bisa selesaikan. Setelah itu, Yayasan Buddha Tzu Chi akan membina hidup mereka.”

Warga Kelurahan Palmerah sekaligus penerima bantuan bedah rumah Eko Susanto mengaku, dirinya sangat senang mendengar rumahnya akan direnovasi secara gratis.

Pasalnya, di rumah dengan luas 2×3 m di dalam gang yang sempit, Eko tinggal bersama istri dan kedua anaknya.

Selain harus berdesakan saat istirahat, tidak adanya ventilasi juga membuat udara di rumahnya tidak sehat. Belum lagi tetesan air yang jatuh dari plafon rumahnya ketika hujan, membuat ia harus mengelus dada dengan keadaanya.

“Kadang bocor kalau hujan. Tembus dari atas ke bawah juga, kadang-kadang netes juga di bawah. Makanya alhamdulillah ada program bedah rumah ini,” tutup Eko.

Ketua RT 13 Larno mengatakan, rumah warga yang akan dibedah adalah rumah yang mengalami kerusakan sedang hingga berat dan dihuni oleh warga dengan pendapatan di bawah Rp3 juta.

Selain itu, rumah yang direnovasi juga harus memiliki surat-surat kepemilikan yang legal. Untuk itu, relawan Yayasan Buddha Tzu Chi melakukan peninjauan ke 19 rumah untuk memastikan warga yang mendapat bantuan memenuhi semua persyaratan.

Larno juga mengatakan bahwa warga yang rumahnya akan dibangunkan ulang sama sekali tidak dimintai biaya apa pun, kecuali biaya untuk menyewa rumah tinggal sementara.

Rencananya, pembangunan penataan permukiman akan dimulai hingga 1-2 minggu ke depan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: