Kaligrafi Tiongkok

Ilustrasi tekanan darah rendah (Foto: Yelizaveta Tomashevska via Getty Images)

Hipotensi atau tekanan darah rendah, adalah keadaan saat tekanan darah di dalam arteri lebih rendah dibandingkan tekanan normal, yakni 90/60 mmHg.

Hipotensi kerap disalahartikan dengan anemia. Padahal keduanya memiliki arti yang sangat berbeda. Anemia sendiri, adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah yang mengandung hemoglobin untuk menyebarkan ke seluruh organ tubuh.

Meskipun hipotensi bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi Sahabat DAAI harus tetap waspada karena dalam kasus yang lebih serius, tekanan darah rendah bisa menyebabkan kematian.

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Ronaldi, SpJP., FIHA., menjelaskan, tekanan darah merupakan tekanan yang dihasilkan dari aliran darah yang mengalir melalui pembuluh arteri.

Tekanan darah berasal dari kontraksi atau pompa dari jantung. Tekanan tertinggi disebut dengan tekanan sistolik yang dihasilkan pada saat jantung berotasi, sedangkan tekanan terendah disebut tekanan diastolik yang dihasilkan pada saat jantung sedang berelaksasi atau beristirahat.

Adapun batas normal tekanan darah manusia itu adalah sekitar 120/80. Seseorang dikatakan mengalami hipotensi jika tekanan darah di bawah 90/60 dan menimbulkan gejala-gejala atau keluhan pada pasien.

“Jika terjadi keadaan hipotensi, otomatis akan terjadi gangguan pada aliran darah ke seluruh tubuh. Apabila terjadi hipotensi dalam jangka waktu panjang, otomatis akan terjadi gangguan dari fungsi alat-alat vital dalam tubuh,” ujar dr. Ronaldi dikutip dalam kanal YouTube Bincang Sehati, Selasa (20/6).

 

Penyebab Hipotensi

Hipotensi bisa ditimbulkan dari banyak faktor. Pertama, bisa disebabkan dari curah jantung yang kurang baik atau kontraksi jantung yang mengalami gangguan.

Misalnya, pada kasus gagal jantung atau serangan jantung, bahkan gangguan irama jantung atau aritmia, sehingga pompa jantung tidak maksimal dan tekanan yang dihasilkan dari rendah.

Kedua, faktor volume darah yang beredar ke seluruh tubuh yang memang jumlahnya berkurang. Salah satu kondisi yang sering ditemui sehari-hari, adalah keadaan dehidrasi akibat kekurangan cairan saat beraktivitas.

Ketiga, gangguan dari pembuluh darah itu sendiri. Pada kondisi-kondisi tertentu seperti infeksi, sepsis, atau gangguan-gangguan lain yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah itu sendiri.

 

Faktor Risiko Hipotensi

Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hipotensi pada seseorang. Pertama, bisa dipengaruhi dari faktor usia.

“Kedua, bisa juga dari aktivitas harian kita, misalnya kita sering aktivitas di luar ruangan tapi kita tidak memperhatikan asupan cairan yang akhirnya menimbulkan dehidrasi dan menyebabkan hipotensi,” jelas dr. Ronaldi.

Ketiga, faktor genetik juga bisa menjadi penyebab hipotensi, tetapi umumnya kondisi adalah jenis hipotensi yang tidak berbahaya, sehingga jika pasien tidak mengalami keluhan serius artinya pasien tidak perlu diberikan terapi yang terlalu agresif.

 

Gejala Hipotensi

Gejala hipotensi yang akan sering dialami pasien, adalah kurangnya konsentrasi, pusing, badan gemetar, sampai jantung berdegup kencang. Di dalam kasus yang lebih berat, pasien bisa sampai jatuh dan pingsan.

“Jadi keluhan itu biasanya muncul bertahap atau satu persatu. Jika memang sudah mulai mengganggu segera konsultasikan ke dokter,” kata dr. Ronaldi.

Jika hipotensi menyebabkan suatu syok, tekanan darah akan turun secara drastis dan cepat, sehingga keluhan yang ditimbulkan pun akan mengganggu pengidapnya, bahkan bisa mengancam nyawa.

Pada kondisi tersebut, pasien perlu lebih waspada dan segera berkonsultasi ke pusat kesehatan terdekat.

 

Tipe Hipotensi

Ada beberapa jenis hipotensi yang perlu diwaspadai, yakni sebagai berikut.

1. Hipotensi Idiopatik, yakni jenis hipotensi yang berhubungan dengan genetik atau bawaan. Pada kondisi ini, selama pasien tidak mengalami keluhan serius dan tidak mengganggu, maka dokter tidak akan memberikan terapi yang terlalu agresif.

2. Hipotensi Ortostatik, yakni hipotensi yang muncul pada saat pasien ini bangun dari posisi tidur atau duduk ke posisi berdiri secara tiba-tiba, sehingga tekanan darah akan turun batasnya. Saat tubuh menyesuaikan perubahan posisi tersebut, pasien mungkin akan merasa pusing atau berkunang-kunang selama beberapa detik.

3. Hipotensi Neurogenik, yakni kebalikan dari Hipotensi Ortostatik yang muncul saat pasoen berdiri dalam waktu yang lama, lalu pasien duduk atau tidur secara tiba-tiba yang menyebabkan tekanan darahnya cenderung turun.

4. Hipotensi Akut, yakni serangan tekanan darah rendah yang terjadi secara mendadak, misalnya karena syok. Kondisi ini merupakan bentuk penurunan tekanan darah yang paling parah dan harus mendapatkan penanganan segera mungkin.

 

Pengobatan Hipotensi

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengobati kondisi hipotensi. Jika pasien mengalami kondisi Hipotensi Ortostatik, pasien bisa mengubah posisi dari duduk atau tidur ke posisi bangun atau berdiri secara bertahap atau pelan-pelan.

Jangan lupa untuk memastikan asupan cairan cukup untuk menghindari dehidrasi, apalagi jika sering beraktivitas di luar ruangan.

Kemudian, pastikan mendapatkan asupan makanan yang bergizi dan cukup untuk menghindari adanya gangguan nutrisi.

“Hal yang tidak kalah penting, adalah berolahraga secara rutin dan teratur. Sempatkan waktu untuk berolahraga karena olahraga yang teratur bisa menguatkan pompa jantung, serta bisa membuat sirkulasi darah bisa berjalan dengan baik,” tutup dr. Ronaldi.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: