Kaligrafi Tiongkok

Ilustrasi aplikasi TraffiQ (Foto: itb.ac.id)

Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat aplikasi TraffiQ yang bisa mengatasi kemacetan di Kota Bandung.

Inovasi baru dalam bidang pengaturan lalu lintas kini muncul dari mahasiswa ITB. Sejumlah mahasiswa Program Studi Teknik Elektro ITB memperkenalkan TraffiQ, pada ajang Electrical Engineering Days yang digelar di Aula Timur Kampus Ganesha ITB, Selasa (6/6).

Ini adalah sebuah sistem pengaturan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) yang menggunakan metode Reinforcement Learning.

Aplikasi TraffiQ dibuat dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan kemacetan yang kerap terjadi di kota Bandung.

Inovasi tersebut, dikembangkan oleh tiga mahasiswa Program Studi Teknik Elektro ITB, yaitu Kendrik Emkel Ginting, Jalu Reswara Wiradjanu, dan Bella Sulistya Putri.

Metode yang digunakan dalam aplikasi TraffiQ, yaitu Reinforcement Learning yang merupakan suatu metode yang memungkinkan alat tersebut dapat belajar secara mandiri.

Sistem ini, menggunakan konsep pemberian rewards ketika menghasilkan keadaan yang diharapkan pada lingkungan sekitarnya, serta pemberian punishment ketika menghasilkan keadaan yang tidak diharapkan.

Melalui metode ini, aplikasi TraffiQ dapat terus belajar dan mengoptimalkan kinerjanya seiring dengan berjalannya waktu.

TraffiQ memiliki sejumlah fitur unggulan yang membuatnya menjadi solusi yang menarik. Pertama, sistem ini mampu mengendalikan dua persimpangan berdekatan secara efisien.

Lewat proses komputasi yang cepat, aplikasi TraffiQ dapat melakukan perhitungan dengan efisien, sehingga waktu respons terhadap perubahan kondisi lalu lintas dapat diminimalkan.

Selain itu, TraffiQ juga memiliki mode dual, yaitu otomatis dan manual. Pada mode otomatis, sistem akan mengatur lalu lintas secara mandiri berdasarkan kondisi yang diukur oleh sensor-sensor yang terpasang di jalan.

Namun, jika diperlukan intervensi atau pengaturan manual, sistem juga dapat beralih ke mode manual dengan mudah.

Fitur terakhir yang menjadi keunggulan TraffiQ, adalah kemampuannya dalam mengatur aliran kendaraan berdasarkan traffic counting.

Melalui penggunaan data jumlah kendaraan yang melintas pada suatu waktu, sistem ini dapat menyesuaikan durasi lampu hijau atau merah pada APILL, sesuai dengan kepadatan lalu lintas yang terdeteksi.

Salah satu pendiri TraffiQ, Jalu, berharap inovasi ini dapat mengurangi kemacetan yang sering terjadi di Indonesia dan membantu meningkatkan efisiensi lalu lintas di berbagai kawasan.

“Diharapkan dengan adanya TraffiQ, masyarakat dapat merasakan manfaatnya dalam mengurangi waktu perjalanan dan meningkatkan kualitas hidup,” ujar Jalu dikutip dalam keterangannya, Kamis (22/6).

Kehadiran TraffiQ menjadi bukti nyata, bahwa inovasi teknologi yang dihasilkan oleh generasi muda memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Diharapkan dengan semakin banyaknya solusi cerdas seperti TraffiQ, permasalahan kemacetan yang melanda kota-kota besar dapat teratasi, serta mobilitas masyarakat dapat terwujud dengan lebih lancar dan efisien.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: