Penulis : Grace Kolin
Biasanya, spanduk dan karung bekas berakhir menjadi limbah. Namun, berbeda dengan nasib spanduk dan karung bekas yang ada di Toko Tiga Mata Sapi. Di toko ini, spanduk dan karung bekas didaur ulang kembali menjadi aneka aksesoris yang menarik dan bernilai ekonomi.
Toko ini digagas oleh Ursula Tumiwa, salah satu produser film di Indonesia. Ide pemanfaatan barang bekas menjadi berbagai kerajinan tangan ini berawal dari kekhawatiran Ursula akan banyaknya sampah plastik yang lama terurai. Pada tahun 2013, ia pun memfokuskan untuk lebih memanfaatkan barang bekas di industri rumahannya yang bernama Toko Tiga Mata Sapi.
Disini, karung-karung bekas yang dikumpulkan dari pengepul kemudian dipadupadankan dengan cara dijahit dan diberi berbagai macam pola dari limbah kain batik. Dan jadilah karya tas, dompet dan aksesoris lain yang menarik. Tak hanya karung, di tangan Ursula Tumiwa, berbagai sampah kertas dan plastik juga dapat dikreasikan menjadi barang-barang yang lucu. Seperti spanduk yang diubah menjadi tas sekolah hingga dompet.
“Kita lihat, ini kan lucu, ini kan bagus gitu. Jadi bahannya pun masih bisa kuat untuk kita bikin menjadi sesuatu, jadi awalnya dari concern-nya seperti itu. Terus ya kita coba, karena disini penjahit ya, terus jadi mulai coba-coba. Wah ini kuat, nah kemudian baru kita pikir ulang bahwa desainnya yang lucu tuh seperti apa? Desain yang menarik seperti apa?” kata Ursula.
Produk daur ulang karyanya sempat merambah ke Negeri Jiran Malaysia. TIdak hanya itu, ia pernah kebanjiran pesanan untuk memenuhi permintaan cenderamata dari salah satu penyelenggara festival film pendek internasional di Bali.
“Dulu nyari sendiri, tapi lama-lama dengan kebutuhan yang ada pesan lima ratus, kayak gitu kan kita butuh mitra. Jadi beberapa mitra pun senang gitu. Mereka bantu kumpulkan, terus mereka pilih, kurasi lagi, yang mana yang paling bagus gitu. Terus akhirnya sampai proses pencucian, kayak gitu kan seneng gitu. Kemudian kalau kita jual sendiri pun, kita butuh lagi, butuh lagi gitu,” ujar Ursula.
Kerajinan tangan karya mereka dipasarkan lewat sosial media dan outlet-outlet yang tersebar di Jakarta dengan harga bervariatif, mulai dari 35 ribu rupiah sampai 400 ribu rupiah. Upaya Ursula dan kawan-kawan yang ingin memberi kehidupan kedua bagi sampah-sampah sekitar, lambat laun akan menguntungkan lingkungan yang tetap lestari.