Sumber : Independensi

Sumber Gambar : Canva Pro

Penulis : Grace Kolin

Para orang tua umumnya merasa khawatir jika si buah hati mengalami keterlambatan dalam bicara atau dalam istilah kedokteran dikenal sebagai speech delay. Speech delay merupakan salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh National Centre for Biotechnology Information, prevalensi gangguan speech delay pada anak berkisar 1 hingga 32 persen pada populasi normal. Penyebabnya bisa beragam, menurut Wita Mulyani, M.Psi, psikolog dari Check My Child Learning Tree dalam talkshow Bincang Sehati DAAI TV ada tiga penyebab speech delay.

 “Biasanya sih ada yang karena faktor genetik. Karena ada penelitian yang menunjukkan bahwa ternyata anak yang terlambat bicara ini salah satu di keluarganya juga pernah mengalami hal serupa. Nah kemudian juga bisa jadi karena adanya kematangan otak yang lebih lambat, terutama di area yang mengatur bicara, bahasa gitu ya. Kemudian yang ketiga itu adalah faktor lingkungan. Mungkin kurangnya stimulasi dari lingkungan,” terang Wita.

Menurut Wita, gejala speech delay pada anak dapat dilihat dari masa milestones-nya. Milestones merupakan kemampuan apa saja yang sudah harus dipenuhi oleh anak pada taraf usia tertentu. “Nah kalau untuk bahasa, sudah harus aware atau waspada sekitar usia 2 tahun. Kalau misalnya 2 tahun sama sekali belum ada kata-kata bermakna atau masih sangat sedikit. Nah kita sudah harus mulai waspada,” kata Wita.

Untuk mengantisipasi terjadinya speech delay terjadi pada Si Kecil, orang tua dapat mengupayakan langkah maksimal untuk memberikan stimulus pada anak. Seperti mengajak bicara anak yang berada di dalam kandungan sambil mengelus-elus perut. “Karena suara ibu itu yang paling mudah didengar oleh anak ketika dia di dalam kandungan. Dan itu akan menstimulasi saraf-saraf otaknya juga,” ujar WIta.

Stimulus itu tidak berhenti sampai pada masa kandungan saja. Ketika anak sudah lahir, orang tua juga harus rutin mengajak bicara anak yang masih bayi. Tujuannya agar anak dapat mengenal bahasa dan ucapan.

Ketika upaya yang sudah dilakukan orang tua sudah maksimal, namun perkembangan bahasa anak masih dibawah anak seusianya, maka orang tua perlu mengambil tindakan sedini mungkin. Seperti melakukan deteksi awal pada pendengaran anak. Kemudian, melakukan pengecekan pada faktor yang lain seperti oral motor, stimulasi dan kontak mata.

Jika berdasarkan pemeriksaan empat hal di atas, tidak ditemukan adanya masalah, langkah berikutnya yang dapat dilakukan adalah membawa anak untuk berkonsultasi ke psikolog atau ke psikiater. Wita menyarankan untuk sebaiknya mengunjungi klinik tumbuh kembang. Karena klinik ini biasanya memiliki beberapa terapis. “Kalau misalnya dari psikolog dianggap ini kayaknya harus dirujuk ke terapis bicara  itu bisa langsung gitu ya, langsung di-assessment oleh si terapis bicaranya. Jadi untuk lihat, sebenarnya keterlambatannya itu disebabkan oleh apa?”

Jika penyebabnya telah ditemukan sejak dini, maka speech delay memiliki peluang untuk disembuhkan. Untuk langkah berikutnya, Wita menganjurkan para orang tua untuk melakukan konsultasi ke klinik tumbuh kembang serta lebih banyak meningkatkan komunikasi dua arah pada anak.

Video Terkait