Kaligrafi Tiongkok

Deudeu Dewi Kusumah (Foto: Kompas.com)

Deudeu Dewi Kusumah (30), seorang bidan tangguh di desa terpencil rela menerabas hutan menggunakan motor trail untuk bisa membantu persalinan warga setempat.

Dewi bertugas di Desa Gelarpawitan, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Ia mengaku, awalnya sempat kesulitan saat pertama kali bertugas di daerah tersebut.

Namun, setelah enam tahun bertugas di desa tersebut, Dewi pun menjadi lebih terbiasa menghadapi berbagai tantangan.

Akibat akses fasilitas kesehatan yang sulit, Dewi pun harus menyelamatkan nyawa warga sekitar dengan menandu mereka atau membantu persalinan di pinggir jalan.

Mengutip dari Kompas.com, menurut Dewi, kejadian ibu hamil melahirkan di tengah jalan bukan yang pertama baginya. Sejak Dewi bertugas sebagai bidan desa ini, sudah beberapa kali dirinya mengalami kondisi tersebut.

Dewi bahkan pernah membantu persalinan ibu hamil di alam terbuka, tepi jalan setapak, hingga di tengah hutan.

“Sebelumnya pernah juga ibu hamil dibawa dengan mobil pick up. Ternyata kontraksi di tengah jalan karena medannya ekstrem. Jadi persalinannya di atas bak mobil, dengan ditutup terpal sebagai atapnya, kondisinya pun sedang hujan,” ujar Dewi dalam keterangannya, dikutip Rabu (12/7).

Melalui pengalaman inilah dirinya selalu menyiapkan peralatan lengkap saat melakukan kunjungan ke ibu hamil atau penanganan persalinan.

Menariknya, perlengkapan tersebut bahkan dibawa dengan tas mendaki, sehingga kunjungannya ke setiap perkampungan di pelosok Cianjur itu sudah mirip dengan orang yang akan pergi mendaki gunung.

Ini karena, kata Dewi, di daerah pelosok bukan pasien yang datang ke faskes atau bidan, tetapi bidan yang harus rajin datang ke pasien.

“Saya kalau kunjungan pasti bawa alat lengkap karena khawatir kejadian melahirkan di tengah jalan seperti yang viral kemarin. Pastinya ditemani bidan desa yang lain karena kalau sendiri sering kali sulit harus dibantu untuk proses persalinan,” kata Dewi.

Tidak hanya memberikan layanan kesehatan kepada warga, tetapi Dewi juga dituntut mampu mengedukasi dan membuka wawasan masyarakat perihal pola hidup bersih dan sehat.

Kondisi jalan yang sangat tidak bersahabat dengan kontur berbukit dan lokasi rumah warga yang saling berjarak, menuntut Dewi untuk selalu andal mengendalikan motor trail hitamnya.

Meski demikian, terkadang Dewi juga harus menyewa ojek jika situasi tidak memungkinkan untuk berkendara seorang diri.

“Pulang pergi ongkosnya bisa habis Rp150 ribu,” jelas Dewi.

Meskipun setiap hari selalu melalui medan ekstrem dan situasi darurat, tetapi Dewi tidak berniat untuk pindah ke puskesmas atau daerah lain. Bagi Dewi, hal tersebut merupakan tantangan dan sebuah pengabdian besar.

“Kalau bukan saya atau teman bidan yang lain, siapa lagi yang akan melayani masyarakat di pelosok ini karena dengan medan sulit belum tentu semua orang mau. Buat saya, sudah pengabdian saya untuk daerah kelahiran,” tutup Dewi.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: