Ira Purnamasari (Foto: situs web Pertuni)
Olahraga judo semakin berkembang di Indonesia, bahkan kini ada cabang olahraga blind judo yang sebelumnya berhasil menyabet sembilan medali emas pada ajang ASEAN Para Games (APG) XI 2022.
Ira Purnamasari adalah atlet nasional Indonesia dari cabang olahraga bela diri judo, sekaligus pencetus Blind judo di Indonesia.
Mengutip dari situs web Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni), kecintaan Ira terhadap judo menurun dari profesi ayahnya yang merupakan pelatih judo di Jawa Barat.
Sejak usia 2 tahun, Ira bersama ibunya sering mendatangi dojo, tempat berlatih judo. Ia juga kerap kali melihat kakak-kakaknya belajar judo, dan mengamati sang ayah melatih para atlet.
Saat menginjak usia 10 tahun, Ira bergabung dengan klub judo dan berlatih di Judo Institut Bandung yang merupakan tempat sang ayah menjadi pelatih.
Prestasi pertama Ira di dunia judo, diraih pada 1990 saat merebut juara dalam kejuaraan Suhutcup tingkat SD dan juara ketiga pada Kejurnas Junior di Bali tahun 1991.
Selanjutnya, masa SMA-nya dihabiskan dengan berlatih judo di klub Padepokan judo Indonesia di Ciloto, Cianjur, sambil tetap bersekolah.
Ira menekankan, prestasinya di olahraga judo tidak membuatnya lupa akan pentingnya pendidikan. Setelah SMA, Ira melanjutkan pendidikannya di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung di fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK), sambil tetap melanjutkan pelatihan judonya di Pemusatan Latihan Daerah (PELATDA).
Pada tahun 2004, Ira kembali melanjutkan studinya ke jenjang master di Sekolah Pascasarjana UPI dan tetap bergabung di Pemusatan Latihan Nasional (PELATNAS).
Berkat prestasi di bidang pendidikan dan olahraga, Ira kemudian diangkat menjadi dosen program studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga UPI pada 2008.
“Semuanya dapat berjalan beriringan, tergantung bagaimana cara kita dalam membagi waktu,” ujar Ira dikutip dalam keterangannya, Rabu (29/3).
Kemudian, perkenalan Ira dengan blind judo dimulai pada 2016. Momen tersebut, terjadi bersamaan dengan awal kariernya sebagai pelatih untuk persiapan PON dan PEPARNAS, serta diterimanya Ira di UPI untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang doktoral.
Seorang teman sesama pelatih dari cabor renang yang lebih dulu bergabung ke National Paralympic Comite of Indonesia (NPCI) Jawa Barat, menyarankan Ira untuk mengadakan cabor blind judo di PEPARNAS XV 2016.
Ini lantaran, cabang olahraga blind judo juga telah diselenggarakan di kejuaraan internasional.
“Jadi memang (wilayah) Jawa Barat yang paling dulu karena kebetulan waktu itu Jawa Barat juga menjadi tuan rumah untuk PEPARNAS XV/2016. Jadi saya aksesnya bisa lebih banyak, lebih tau, belajar lebih dulu dari yang lain,” kata Ira.
Bersama dua orang rekannya, Ira kemudian membentuk tim pelatih dan mengumpulkan para tunanetra yang menjadi cikal bakal atlet blind judo di Jawa Barat dan Indonesia.
Informasi tersebut pun cepat menyebar dari mulut ke mulut, lalu perlahan para atlet tunanetra mulai mengajak teman-teman lainnya untuk bergabung di olahraga ini.
“Karena sesuatu yang baru mungkin ya, menarik juga, jadi teman-teman yang blind lebih interest,” jelas Ira.
Mengajarkan judo kepada tunanetra tentunya memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya, adalah kurangnya referensi yang dimiliki Ira dan tim pelatihnya.
Selain itu, mengajarkan teknik judo kepada teman low vision dan totally blind juga terdapat sedikit perbedaan. Ia menjelaskan, untuk atlet low visionn masih dapat melihat gerakan kaki atau tangan, dengan sisa pengelihatan dan dibantu untuk teknik-teknik tertentu.
Sementara itu, untuk mereka yang totally blind diperlukan waktu yang lebih banyak untuk menjelaskan detail dan menuntun gerakan kaki atau tangannya.
Ira mengaku, dirinya sangat terkesan dengan usaha atlet-atletnya untuk mau berolahraga dan mencapai prestasi.
“Saya yakin, usaha adik-adik pasti lebih besar dibanding yang lain, dengan keterbatasan, tetap bisa berprestasi,” lanjutnya.
Sampai saat ini Ira masih berhubungan baik dengan atlet-atlet yang pernah dilatihnya. Ia juga mengaku senang pernah bergabung di blind judo.
Ira juga menceritakan dengan bangga, bahwa lima atlet asal Jawa Barat yang pernah ia latih pada 2016, berhasil terpilih mengikuti APG XI di Solo 2022.
“Saya senang hasil usaha adik-adik itu bisa membawa mereka ke ajang internasional, bisa membawa bukan hanya nama Jawa Barat, tapi juga nama Indonesia ke level yang lebih tinggi, bukan hanya nasional. Saya penginnya, atlet-atlet yang dulu pernah dilatih sama saya bisa mencapai prestasi internasional,” tutup Ira.