Penulis : Grace Kolin

Yayasan Buddha Tzu Chi adalah sebuah NGO (Non Governmental Organization) yang didirikan seorang bhiksuni, yaitu Master Cheng Yen pada tahun 1966. Dalam menjalankan misinya, Tzu Chi berlandaskan cinta kasih universal dan selalu berpegang teguh pada prinsip tidak membeda-bedakan agama, ras, suku, dan etnis. Relawan dengan latar belakang yang beragam pun bersama-sama melaksanakan misi kemanusiaan ini sehingga cinta kasih dapat tersebar ke berbagai penjuru dunia. Kini, Tzu Chi telah memiliki cabang di lebih dari 50 negara termasuk salah satunya Indonesia.  Negara yang amat kaya akan keberagaman agama, ras, suku, dan etnis.

Tzu Chi mengawali langkahnya di Indonesia sejak 1993 silam. Setelah berjalan lebih dari 25 tahun, Yayasan ini tidak hanya melaksanakan misi kemanusiaan namun juga merajut toleransi dan membina kerukunan antar umat beragama, salah satunya dengan umat Islam. Terlepas dari perbedaan agama, Tzu Chi konsisten untuk terus menjalin kerjasama dengan umat Islam dalam membangun sarana Ibadah hingga sarana pendidikan.

Pondok Pesantren Nurul Iman di Desa Parung, Bogor, Jawa Barat menjadi salah satu saksi indahnya kerjasama lintas iman antara Tzu Chi dengan umat Islam. Melalui kerjasama lintas iman ini, para santri yang semula belajar berdesakan di ruang-ruang sempit, akhirnya dapat merasakan kenyamanan dalam belajar sejak mereka pindah ke sekolah yang baru. Sekolah baru ini diresmikan tanggal 17 Juli 2005.

Lewat kerjasama ini, Tzu Chi sekaligus mendukung misi mulia Habib Saggaf dalam sektor pendidikan, yaitu memberikan pengajaran agama Islam kepada generasi muda dengan tanpa mengenakan biaya. Tidak hanya gedung sekolah baru, Tzu Chi juga membantu membagun masjid dan fasilitas lainnya, mendatangkan relawan untuk mengajar Bahasa Mandarin, memberikan pendampingan socio-entrepreneur hingga pelayanan kesehatan kepada Pondok Pesantren Nurul Iman. Selain Pondok Pesantren Nurul Iman, Tzu Chi juga membantu penyelesaian pembangunan Masjid Jami’ Al-Huda di Kelurahan Kamal Muara, Jakarta Utara dan renovasi Musala Riadussalam di Desa Cilangari, Bandung Barat.

“Untuk Tzu Chi sendiri, kita berharap dengan program program yang kita lakukan, kita semua bisa mewujudkan visi Tzu Chi dimana kita ingin membentuk masyarakat yang harmonis dan juga masyarakat yang terbebas dari bencana yaitu dengan program-program kerjasama lintas iman. Dan yang paling penting adalah untuk mendukung pendidikan dan juga akses terhadap saudara-saudara kita untuk mendapatkan fasilitas keagamaan dengan baik,” ujar Andry, Manager Eksternal Relations Tzu Chi Indonesia.

Tahun 2018 menjadi momen bersejarah bagi Tzu Chi dengan Nahdlatul Ulama, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia ketika Ketua PBNU KH Said Aqil Siroj bertemu dengan Master Cheng Yen di Taiwan pada 19 April 2018. Kedua tokoh agama berpengaruh di dunia ini membahas soal isu kemanusiaan.

Tidak berhenti sampai disitu, sinergi Tzu Chi dan dengan PBNU juga berlanjut dalam pembangunan Kampus Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), auditorium dan masjid di Parung, Bogor, Jawa Barat. “Ternyata perbedaan agama, perbedaan keyakinan, itu tidak mengubah, tidak merusak, tidak melunturkan kerja-kerja bersama dengan orang lain. Saya kira, Indonesia yang multietnis, multi agama, multi suku, multi bahasa ini harus diberikan contoh untuk kita semuanya, bahwa kita bisa kerja sama,” kata K.H. Mujib Qulyubi, Badan Pelaksana Perguran Tinggi Unusia.

Kerjasama lintas iman menjadi bukti, bahwa di tengah perbedaan, manusia juga mampu  bersatu untuk saling merangkul dan melengkapi satu sama lain dalam mencapai satu tujuan yang baik. Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen “Tidak ada perbedaan derajat di dalam kehidupan manusia, kita harusnya dapat saling bersyukur, saling mendukung, dan saling membimbing”.