Penulis : Grace Kolin
Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia. Terkenal sebagai kota yang multikultur, kota ini dihuni oleh beragam suku, salah satunya suku Sunda. Masyarakat Sunda sudah ada di Sumatera Utara sejak zaman penjajahan. Pada 27 juni 1936, mereka membentuk Paguyuban Wargi Sunda atau biasa dikenal dengan PWS Sumut. Kini PWS Sumut berlokasi di Jalan Bunga Raya, Asam Kumbang, Medan.
Mustapid, Seketaris PWS Sumut menyebutkan PWS Sumut beranggotakan masyarakat Sunda yang berasal dari berbagai macam kota di Jawa Barat. Mereka pun kemudian bersatu di PWS sambil ikut melestarikan budaya lewat kegiatan seni.
“Di Sumatera Utara ini kan multietnis, jadi banyak suku ya, termasuk dalamnya Sunda. Nah, orang-orang Sunda yang ada di Sumatera ini sudah banyak gitu. Untuk menyatukan mereka, maka salah satunya dengan paguyuban atau organisasi warga Sunda. Sehingga dengan adanya paguyuban ini, mereka bisa berkumpul, mereka bisa bersilaturahmi, bahkan bisa mengembangkan tradisi Sunda gitu. Walaupun berada di Sumatera Utara, termasuk seni budaya. Karena salah satu bentuk dari kepedulian terhadap daerahnya, diantaranya adalah bagaimana kita melestarikan seni budaya Sunda, kemudian bahasa Sunda di daerah orang lain,” ujar Mustapid.
Terdapat beberapa kegiatan seni di PWS Sumut, contohnya Sisingaan (gotong singa) maupun tari tradisional seperti tari Baksa dan tari Bedhaya. Tidak hanya itu, sekumpulan alat musik tradisional Sunda atau waditra juga turut dilestarikan disini. Dibutuhkan kesabaran dalam memadukan alunan dari waditra secara keseluruhan. Chidmat Kurnia, salah seorang anggota PWS Sumut mengatakan, masing-masing alat musik yang dimainkan ini memiliki nilai filosofi yang tetap terjaga hingga kini.
“Sekumpulan alat musik sunda itu waditra. Kemudian filosofinya debung, ini debung itu istilahnya ngadegen kayak ngabung, jadi kita kalau dalam ageman orang Sunda, khususnya di Banten, kalau Banten itu kan ada agemannya kepercayaannya Sunda Wiwitan, yaitu Sanghyang Tunggal, yaitu sama dengan mulai diciptakannya gamelan debung itu, debung itu mengadegan, jadi mendirikan tetapi kita tetap pada satu yang di atas,” kata Chidmat.
Menjaga tradisi dan merawat budaya, adalah tantangan bagi setiap warga Indonesia, menurut Chidmat salah satu solusinya adalah dengan mengenalkan pada generasi muda, agar mereka mengetahui serta turut menjaga budaya mereka. “Anak-anak kita, coba diberi motivasi lah untuk bagaimana punya rasa untuk mencintai menghargai dan bisa menumbuhkembangkan seni tradisinya itu sendiri. Seni tradisi leluhur kita. Jadi, marilah kepada khususnya disini ada paguyuban anak-anaknya, coba digiring, coba kita kasih pengertian, bahwa seni budaya itu adalah harga mati istilahnya,” ucapnya.