
Novita Gemalasari Liman (Foto: FK UI)
Novita Gemalasari Liman (30) dinyatakan lulus dari sidang promosi doktor Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) di usianya yang masih muda.
dr. Novita dinyatakan lulus dengan predikat Summa Cum Laude melalui disertasinya yang berjudul, “Analisis Ritme Sirkadian Kortisol dan Ritme Sirkadian Aktivitas Sistem Saraf Autonom serta Skala Kesehatan Subjektif pada Kompleks Ventrikel Prematur Idiopatik.”
Melalui disertasi tersebut, dr. Novita melakukan penelitian tentang kasus gangguan irama jantung berupa Kompleks Ventrikel Prematur (KVP) Idiopatik.
Jantung adalah organ tubuh yang terbentuk oleh berbagai komponen, termasuk pembuluh darah, otot, selaput, katup, sistem saraf, dan sistem listrik jantung. Pada kondisi normal, semua bagian ini bekerja bersama-sama untuk memastikan jantung berfungsi dengan baik, memompa darah secara efisien tanpa henti.
Gangguan pada salah satu komponen jantung, tentunya dapat mengakibatkan berbagai jenis penyakit jantung, salah satunya adalah gangguan irama jantung atau aritmia.
Salah satu jenis aritmia yang perlu diwaspadai adalah aritmia ventrikular, yakni gangguan irama jantung yang terjadi pada bilik jantung. Lebih dari 80% aritmia pada kematian mendadak adalah jenis aritmia ventrikel.
Menurut dr. Novita, jenis gangguan irama jantung ventrikel yang paling umum adalah KVP idiopatik, dengan prevalensi 5–12% pada populasi umum. Di dalam kasus KVP idiopatik, sekitar 88% dari pasien mengalami penurunan fungsi pompa jantung, sehingga jantung melemah.
Di dalam penelitiannya, Novita menyebutkan para peneliti di University of California, Los Angeles, tahun 2019 menemukan bahwa beban KVP mengikuti irama sirkadian. Hal ini menunjukkan bahwa beban KVP berubah-ubah sepanjang hari, seperti jam biologis di dalam tubuh kita.
Terkait hal ini, Novita menelusuri parameter yang berkaitan dengan irama sirkadian pada KVP idiopatik, sehingga dapat dikembangkan menjadi salah satu poin dasar individualisasi pemberian terapi sesuai irama sirkadian KVP.
Novita melakukan pemeriksaan Holter selama 24 jam untuk memantau irama jantung pasien KVP. Novita juga mengambil sampel air liur pada tiga waktu berbeda dalam sehari untuk melihat tingkat hormon tertentu yang terkait dengan stres. Selain itu, dia meminta peserta untuk mengisi kuesioner tentang tingkat stres mereka.
Hasilnya, diketahui bahwa irama sirkadian beban KVP tipe cepat, lambat, dan independen masing-masing berhubungan secara khas dengan sistem yang memproduksi hormon dalam kondisi stres, sistem saraf autonom, dan aspek psikologis. Penilaian tipe irama sirkadian KVP idiopatik perlu dilakukan secara rutin, mengingat perbedaan proses yang mendasarinya dan kemungkinan perbedaan pada perjalanan penyakitnya.
Novita berharap penelitiannya ini bisa membantu dalam merancang pengobatan yang lebih baik untuk pasien KVP. Misalnya, jika seseorang memiliki irama jantung KVP yang dominan pada pagi hari seperti KVP tipe cepat, pengobatan terapi antiaritmia akan diberikan pada pagi hari supaya lebih efektif.
“Saya sangat senang dengan istilah life long learning. Saya senang dengan ilmu karena ilmu pengetahuan dan keterampilan membuat saya mampu meningkatkan kualitas hidup pasien-pasien. Saya mengambil spesialis jantung dan pembuluh darah karena salah satu bidang yang melayani pasien dengan kondisi yang membutuhkan layanan emergensi dan life saving,” kata Novita.
Di sisi lain, Promotor Prof. Bambang Budi Siswanto mengatakan, KVP Idiopatik masih menjadi misteri sampai saat ini. Para peneliti pakar aritmia pun berlomba meneliti dan mencari penjelasan patomekanisme ini sebagai target pendekatan pengobatannya.
“Saya bangga Novita di usia yang masih muda mempunyai semangat dan curiosity yang tinggi untuk mengelaborasi patomekanisme KVP Idiopatik ini dan berhasil mempublikasikan di High Impact Journal,” tutup Prof. Bambang.