Ilustrasi: Bioskop Metropole sebagai bioskop pertama di Kota Jakarta. (Foto/Karbonjournal). Ilustrasi: Bioskop Metropole sebagai bioskop pertama di Kota Jakarta. (Foto/Karbonjournal).

Perkembangan film di Indonesia mengalami pasang surut dari masa ke masa. Sejarah industri perfilman ini dimulai sejak masa penjajahan hingga sekarang.

Di Indonesia, film pertama kali ditayangkan pada 5 Desember 1900 di Batavia (Jakarta), tepatnya di Lapangan Pasar Gambir, yang saat ini disebut Monumen Nasional (Monas).

Uniknya, bangunan bioskop pada masa itu berbeda dengan bioskop yang saat ini sering kita datangi. Dahulu, bioskop merupakan ruang terbuka atau yang akrab dengan istilah misbar (gerimis bubar).

Acara pemutaran film di bioskop dijuluki Gambar Idoep  atau film bisu karena penonton hanya bisa melihat tampilan visual atau gambar tanpa suara. Film pertama yang diputar bergenre dokumenter, menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag.

Sayangnya tidak semua orang bisa menonton film, hanya bangsa Eropa dan kalangan elit yang boleh masuk ke dalam gedung bioskop karena warga lokal dianggap kaum rendah dan tidak mampu membeli harga karcis bioskop yang mahal.

Seiring berjalannya waktu, film-film yang ditayangkan diimpor dari Amerika dan diubah judulnya menjadi bahasa Melayu.

 Film lokal pertama pun diproduksi dua dekade setelahnya, pada tahun 1926 dengan judul Loetoeng Kasaroeng yang diproduksi oleh NV Java Film Company. Ini merupakan film bisu pertama yang dibuat berdasarkan cerita legenda asli Indonesia.

Film-film lokal pun terus diproduksi, seperti Eulis Atjih (1927), Setangan Berlumur Darah, Nyai Dasima (1932), dan  Darah dan Doa (1950). 

Film Darah dan Doa karya Usmar Ismail adalah film pertama yang disutradarai oleh orang Indonesia dan diproduksi oleh Perusahaan Film Nasional Indonesia (PERFINI), didirikan pada 30 Maret 1950. Tanggal 30 Maret ini kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Film Nasional.

Bioskop Pertama di Kota Jakarta

Pada 1932 silam, sebuah bioskop dibangun tepat di sudut antara Jalan Pegangsaan dan Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Ini menjadi gedung bioskop pertama di Jakarta.

Bangunan ini bernama Metropole atau Bioscoop Metropool, sesuai dengan ejaan bahasa Belanda yang berlaku waktu itu. 

Pada 1960, atas perintah langsung dari Presiden Soekarno, bioskop Metropole mengganti namanya yang berbau asing menjadi bioskop Megaria. Pada masa Orde Baru, nama bioskop ini berubah lagi menjadi Megaria Theatre.

Sebagai saksi bisu dari pesatnya perkembangan film di Indonesia, Gubernur DKI Jakarta menyatakan Bioskop Metropole sebagai Bangunan Cagar Budaya Kelas A yang dilindungi pada tahun 1993. 

Selain Bioskop Metropole, bioskop lain di Jakarta berkembang pesat pada tahun 1950 sampai 1960-an seiring dengan banyaknya film-film yang diproduksi.

Dilansir Databoks, bioskop pun kini berekspansi ke kota-kota di luar Ibu Kota Provinsi Jakarta. Hingga 2018, Indonesia memiliki 343 bioskop dengan 1.756 layar. 

NR

Saksikan Video Terkait :