Penulis : Grace Kolin

Pandemi Covid-19 telah menyelimuti dunia, kurang lebih selama dua tahun. Tidak hanya sektor kesehatan, pandemi juga membuat sektor ekonomi terpukul. Banyak perusahaan yang bangkrut atau bahkan terpaksa melakukan efisiensi terhadap SDM-nya untuk tetap dapat beroperasi. Tidak jarang, fenomena ini membuat sebagian besar orang jadi merasa terancam dan tidak nyaman ketika bekerja karena takut kehilangan pekerjaannya. Kondisi psikologis ini dinamakan dengan job insecurity.

Psikolog Alexandra Gabriella, M.Psi menuturkan ada beberapa ciri-ciri dari orang yang mengalami job insecurity. Yang pertama, terus menerus takut akan kehilangan pekerjaan, merasa powerless atau tidak berdaya, dan yang terakhir kehilangan value karena ada hal-hal yang dikorbankan untuk mempertahankan pekerjaan dimiliki.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan job insecurity, seperti kondisi lingkungan dan self-esteem. Self-esteem sendiri berkaitan dengan keyakinan dari para pekerja terhadap kemampuan mereka yang miliki dalam meyelesaikan pekerjaan ataupun dalam mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan.  

Job insecurity dapat memengaruhi performa kerja dan membuat seseorang yang kehilangan value tadi merasa tidak nyaman dengan apa yang ia jalani, putus asa, dan tertekan. Perasaan ini juga bisa berkembang  jadi kondisi kecemasan yang lebih kronis atau bahkan depresi.

Bagaimana cara mengatasi job insecurity? Langkah pertama yang disarankan oleh Alexandra adalah bertemu dengan employee assistant yang merupakan bagian dari HRD (Human Resources Development). “Mengapa disarankan ke HRD? Karena yang tahu permasalahan di dalamnya, konflik-konflik yang ada di antara karyawannya, kondisi pekerjaan yang dialami atau yang dilakukan si karyawan kan memang orang yang merupakan bagian dari kantor itu sendiri. Jadi HRD adalah orang pertama yang tepat diajak untuk diskusi dan konsultasi,” ujar Alexandra. Namun jika perusahaan tidak memiliki HRD, maka seseorang dapat mencari bantuan profesional di luar kantor.