Sumber Gambar : NFT Arty
Penulis : Grace Kolin
Kecanggihan teknologi banyak membawa dampak pada kehidupan manusia. Sebagai produk dari kecanggihan teknologi, media sosial, khususnya Instagram menjadi sarana bagi manusia untuk melakukan aktivitas kekinian seperti ‘doing it for the gram’. Sesuai dengan namanya, doing it for the gram artinya melakukan sesuatu hanya untuk dijadikan konten yang dibagikan ke Instagram. Salah satu contoh aktivitas ini adalah mengunggah ragam busana yang dikenakan.
Membeli dan menggunakan busana hanya untuk keperluan konten di media sosial dan tidak memanfaatkannya secara berkelanjutan, tentunya akan mendatangkan masalah bagi lingkungan, seperti menumpuknya limbah fesyen. Untungnya saat ini, para desainer sudah menemukan cara doing it for the gram tanpa harus merusak lingkungan, sekaligus sebagai salah satu solusi untuk mengurai limbah fesyen, yakni lewat digital clothing (pakaian digital).
Apa itu pakaian digital (digital clothing)? Berbeda dengan pakaian pada umumnya yang memiliki wujud secara fisik, pakaian digital memiliki wujud secara virtual. Seseorang yang bisa mencoba pakaian ini dengan teknologi augmented reality. Setelah menemukan pakaian yang disukai, mereka akan diminta untuk mengunggah foto diri melalui situs web atau aplikasi untuk dibuatkan pakaian digital sesuai dengan tubuhnya.
Sekitar 1-2 hari kemudian, pelanggan akan menerima foto yang telah diedit secara profesional. Ketika dipamerkan ke media sosial, penampilan digital clothing juga tidak kalah bagus dengan pakaian yang memiliki wujud fisik. Alasannya karena pakaian digital dibuat secara fitted to order dan bersifat tiga dimensi, sehingga terlihat sangat realistis.
Pakaian digital dapat menjadi salah satu solusi fesyen yang ramah lingkungan. Selain tidak menimbulkan sampah fisik, pakaian digital juga dapat menjadi solusi untuk meminimalisir volume sampah di dunia dengan membuat pakaian yang bisa dikenakan secara virtual.
Artikel ini dibuat dari berbagai sumber