Dugong, Satwa Laut.

Sumber Gambar : Canva Pro

Penulis : Grace Kolin

Setiap tahunnya, tanggal 8 Juni diperingati sebagai Hari Laut Sedunia. Peringatan hari ini bertujuan untuk mengingatkan manusia akan pentingnya laut bagi kehidupan makhluk hidup. Bicara tentang laut, tidak lengkap rasanya jika tidak membahas tentang salah satu biotanya yang unik, yaitu dugong. Hewan yang sering dijuluki duyung ini memiliki nama ilmiah Dugong dugon. Satwa laut ini memiliki ukuran yang cukup besar dengan bobot seberat 45 kilogram dan panjang tubuh yang dapat mencapai 3 meter.

Dugong adalah hewan herbivora. Dengan bulu-bulu yang terdapat pada bibirnya, dugong mencari lamun (seagrass). Berbeda dengan rumput laut (seaweed) lamun adalah tumbuhan berbunga yang dapat tumbuh dengan baik dalam lingkungan laut dangkal. Keberadaan dugong sendiri tidak dapat dipisahkan dari lamun, karena itu biasanya mamalia laut ini sering ditemukan di habitat padang lamun, tempat makanan utamanya melimpah ruah. 

Karena bentuknya yang besar seperti sapi ditambah dengan kesukaannya merumput di dasar laut, membuat dugong dijuluki sapi laut (sea cow). Setiap harinya, dugong harus merumput 50 kilogram rumput dengan gerakan yang lamban, duntuk memenuhi kebutuhan tubuhnya yang besar. Meskipun penglihatan dugong terbatas, dugong memiliki kelebihan lain, yaitu indera pendengaran yang tajam.

Selain duyung dan sapi laut, dugong juga dijuluki sebagai “penjaga ekosistem laut”. Melansir dari kkp.go.id, dugong memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan di laut. Dengan adanya dugong, keberadaan lamun yang juga merupakan habitat alami bagi banyak biota laut dapat terus eksis. Pertumbuhan lamun bisa terkendali, tidak berlebih tidak juga hilang. Jika lamun hilang, maka sejumlah hewan laut akan kehilangan tempat hidupnya, seperti ikan, udang, cumi dan beberapa jenis biota lain.

Keberadaan dugong tidak terlepas dari ancaman kepunahan. Mengutip dari bobo.grid.id, kepunahan dugong disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena proses perkembangbiakan dugong sangat lama, sehingga populasi dogong sangat sedikit. Kedua, karena habitat dugong berupa padang lamun mulai terancam rusak akibat perubahan ekosistem laut, seperti adanya pembuangan limbah, polusi air laut, reklamasi pantai, dan lainnya.

Artikel ini dibuat dari berbagai sumber