Kaligrafi Tiongkok

Ilustrasi Festival Peh Cun (Foto: Kirillm via Getty Images)

Festival Peh Cun berasal dari bahasa Hokkian yang merupakan kependekkan dari Pe Leng Cun atau Pe Liong Cun yang berarti “mendayung perahu naga”.

Festival Peh Cun dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan imlek dan telah berusia lebih dari 2.300 tahun jika dihitung dari masa Dinasti Zhou.

Pengamat Budaya Tioghoa Ardian Cangianto menjelaskan, Festival Peh Cun punya banyak nama.

Festival Bulan Kelima, Festival Hari Kelima, Festival Summer, Festival Duan Wu, Festival Duan Yang, Hari Bakcang, dan yang paling terkenal adalah Festival Perahu Naga atau Festival Dumpling.

“Peh Cun ini hari yang cukup istimewa yang kita sendiri suka lupa. Itu banyak nilai-nilai kemasyarakat yang dimasukkan, nilai-nilai ekonomi, sosial, dan ide-ide,” ujar Ardian dikutip dari kanal YouTube DAAI TV, Rabu (21/6).

Ardian mengatakan, hari ke-5 bulan ke-5 pada kalender lunar dulunya bukanlah hari yang baik. Menurut catatan “Jing Chu Sui Shi Ji”, pada pergantian musim semi ke musim panas, tumbuhan tumbuh subur, serangga pun berkembang biak.

Selain itu, segala macam bencana dan penyakit datang silih berganti, sehingga membawa dampak buruk bagi pertanian dan kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu bulan ke-5 kalender Lunar dianggap sebagai bulan yang buruk.

Tian Wen adalah salah satu dari empat pangeran Zaman Negara-negara Berperang yang lahir pada hari tersebut, bahkan ia hampir kehilangan nyawanya karena stigma ini.

Pada zaman dulu, masyarakat setempat kerap menggantung dedaunan di depan pintu rumah mereka untuk menghindari serangan nyamuk, lalat, serta lima hewan beracun seperti ular, kalajengking, kelabang, kadal, dan laba-laba.

Selain itu, ada juga yang menempel gambar Zhong Kui atau makhluk mitologi Bai Ze untuk menolak bala. Meski demikian, kini tradisi menempel gambar Bai Ze sudah hilang.

Tidak hanya itu, ada beberapa tradisi lain yang kerap dilakukan selama Festival Peh Cun, yakni seperti makan bakcang, mandi di tengah hari, dan melakukan perlombaan dengan perahu naga.

Sampai saat ini, beberapa orang Hokkian dan Hakka masih memiliki tradisi mandi di siang hari ketika Festival Perahu Naga.

Orang-orang yang mandi siang hari dengan air sumur atau sungai selama Festival Peh Cun, beranggapan bahwa energi matahari berada di posisi paling kuat, sehingga dapat melindungi diri dari penyakit. Tradisi ini tertuang dalam kitab kuno “Dai Dai Li Ji”.

Di sisi lain, tradisi makan bakcang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam Festival Peh Cun sejak Dinasti Jin.

Sebelumnya, walaupun bakcang telah populer di Tiongkok, tetapi belum menjadi makanan simbolik festival ini. Bentuk bakcang sebenarnya juga bermacam-macam.

Di Taiwan, pada zaman Dinasti Ming akhir, bentuk bakcang yang dibawa oleh pendatang dari Fujian adalah bulat gepeng, sedikit berbeda dengan bentuk prisma segitiga yang sering dilihat sekarang.

Isi bakcang juga bermacam-macam dan bukan hanya daging. Ada yang isinya sayuran, ada pula yang dibuat kecil-kecil tetapi tanpa isi yang kemudian dimakan bersama serikaya dan gula manis.

Bakcang sendiri dipercaya mengandung arti dan harapan baik yang disimbolkan dalam bentuk limas segitiga dengan empat sudut. Masing-masing sudut mewakili sifat manusia, yaitu zhi zu, gan en, shan jie, dan bao rong.

Zhi zu, artinya merasa puas dengan apa yang dimiliki. Demikian pula kita sebagai manusia diharapkan tidak memupuk sifat serakah.

Gan en, artinya bersyukur. Di sini kita diajarkan untuk mengembangkan rasa syukur sebagai salah respon terhadap kebaikan yang terjadi dalam kehidupan kita.

Selanjutnya, shan jie yang artinya berpikiran positif. Disini kita diharapkan untuk selalu menjaga pikiran bersih dan positif, tidak memandang keburukan orang lain.

Terakhir adalah bao rong, yaitu merangkul. Maksudnya adalah kita sebagai manusia harus senantiasa mengembangkan sikap cinta kasih dan simpati kepada sesama yang membutuhkan.

Keempat makna yang tersirat dalam bakcang ini selaras dengan ajaran Buddha. Selain menjaga tradisi dan menjalin kekeluargaan, membuat bakcang ternyata punya makna yang mendalam.

Tradisi terakhir yang kerap dilakukan selama Festival Peh Cun, adalah perlombaan menggunakan perahu naga.

Perlombaan ini masih ada sampai sekarang dan diselenggarakan setiap tahunnya, baik di Tiongkok Daratan, Hong Kong, Taiwan, maupun di Amerika Serikat.

Uniknya, bahkan ada perlombaan berskala internasional, kebanyakan berasal dari Eropa atau pun Amerika Utara. Perahu naga ini biasanya didayung secara beregu sesuai panjang perahu tersebut.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini: