
Sumber Gambar : VOA
Penulis : Grace Kolin
Mengalami gangguan penglihatan bukan berarti harus menutup kesempatan untuk berolahraga lari. Orang dengan gangguan penglihatan juga bisa menjajal olahraga ini. Kuncinya terletak pada sang pemandu lari atau guide runner. Dengan guide runner, pelari dengan gangguan penglihatan dapat berlatih hingga mengikuti lomba lari, termasuk jarak jauh. Di Amerika Serikat, terdapat sosok guide runner asal Indonesia yang memandu para pelari dengan gangguan penglihatan secara sukarela.
Ialah Jenny Iskandar, diaspora Indonesia di Sacramento, California, Amerika Serikat. Jenny yang sudah aktif berlari sejak tahun 2011 mulai menjadi pemandu sejak tujuh tahun lalu. “Dan saya baru merasakan, wah that’s make a difference. Orang banyak sekali pelari-pelari yang visual impair ini punya banyak potential. Mereka hanya perlu seorang guide yang bisa membantu mereka,” kata Jenny dalam video yang diunggah oleh voaindonesia.com.
Ia bergabung dengan organisasi United in Stride, organisasi yang bertujuan untuk mempertemukan para pelari dengan gangguan penglihatan dan pemandu lari di seluruh Amerika. Organisasi ini didirikan Richard Hunter di Sacramento pada tahun 2015. Richard adalah pelari pertama yang dipandu oleh Jenny. Saat itu Richard tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti ultramarathon 100 mil atau 160 km. Ia kehilangan penglihatan akibat penyakit genetik retinitis pigmentosa yang dideritanya. “Saya ingin memberi inspirasi, mengedukasi, mengubah persepsi umum tentang kehilangan penglihatan dan memberi contoh,” ujar Richard dalam wawancaranya dengan VOA.
Selain memandu dengan bantuan tali tambatan, seorang pemandu pelari dengan gangguan penglihatan harus memiliki keterampilan memerhatikan dan mengkomunikasikan kondisi jalan kepada pelari berkebutuhan khusus.
Menjadi guide runner pelari dengan gangguan penglihatan memberikan kesan tersendiri bagi Jenny. Ia senang bisa membantu para pelari dengan kebutuhan khusus dalam latihan hingga mencapai garis finish. Ia juga banyak mendapat inspirasi dari pelari yang dipandunya, “Mereka punya drive, mereka punya vision, mereka punya goal itu cukup jelas ya, walaupun mereka buta, tapi itu tidak membuat mereka stuck di rumah dan gak bisa berbuat apa-apa,” kata Jenny. Ia berharap agar kesempatan seperti ini juga terbuka bagi para pelari dengan gangguan penglihatan di tanah air, agar mereka dapat berlari lebih jauh, bahkan lebih cepat.
Artikel ini mengutip dari voaindonesia.com